Konstipasi punya arti yang berbeda pada orang yang berbeda. Bagi banyak
orang, konstipasi berarti buang air besar yang tidak teratur.
Sedang bagi sebagian yang lain, konstipasi diartikan sebagai susah buang air besar, keras, atau merasa tidak benar-benar kosong setelah buang air besar.
Penyebab dari masing-masing "jenis" konstipasi ini mungkin berbeda, dan metode untuk penyembuhan dari masing-masing seharusnya juga dikaitkan dengan jenis dari konstipasinya.
Konstipasi juga bisa arternatifkan dengan diare. Pola ini umumnya terjadi sebagai bagian dari irritable bowel syndrome (IBS).
Tingkat yang extreme dari konstipasi spectrum adalah fecal impaction, sebuah kondisi dimana stool (kotoran) mengeras di dalam rectum dan menghambat stool lainnya untuk lewat.
Jumlah dari bowel movements (buang air besar) umumnya menurun seiring usia. Sembilan puluh persen orang dewasa buang air besar antara tiga sampai 21 kali per minggu, dan jumlah ini dianggap normal.
Pola yang paling umum dari buang air besar adalah satu kali per hari, namun pola ini hanya terlihat pada kurang dari 50% orang. Selain itu, orang umumnya buang air secara tidak teratur dan tidak setiap hari, atau tidak dalam jumlah yang sama setiap hari.
Secara medis, konstipasi biasanya di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Konstipasi yang parah di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari satu kali per minggu.
Tidak ada alasan medis untuk buang air besar setiap hari. Tidak buang air besar selama dua atau tiga hari itu masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan fisik, hanya mungkin akan menimbulkan gangguan mental pada sebagian orang.
Berbeda dengan kepercayaan umum, tidak ada bukti bahwa "racun" berakumulasi saat buang air secara tidak teratur atau bahwa konstipasi itu mengarah pada kanker.
Penting untuk membedakan antara konstipasi akut dengan konstipasi kronis.
Konstipasi akut membutuhkan penanganan segera karena mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang serius (misalnya tumor usus).
Konstipasi juga membutuhkan penanganan segera jika diiringi dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan misalnya pendarahan pada anus, sakit perut dan cramp, mual dan muntah-muntah, serta menurunnya berat badan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, evaluasi dari konstipasi kronis mungkin tidak harus segera, terutama jika pengobatan sederhana sudah bisa memberikan kesembuhan.
Obat-obatan
Yang seringkali dianggap sebagai penyebab konstipasi adalah obat-obatan. Obat-obatan yang paling umum menyebabkan konstipasi antara lain:
Perawatan sederhana misalnya meningkatkan jumlah serat dalam diet untuk menghilangkan konstipasi yang disebabkan oleh obat-obatan seringkali efektif, atau menghentikan pengobatan jika memang diperlukan.
Namun jika perawatan sederhana tidak efektif, mungkin bisa dilakukan dengan cara mengganti obat-obatan yang tidak menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan
Kapan anda ingin buang air besar itu dibawah kendali anda. Ini berarti bahwa orang biasanya merasa ingin segera buang air besar saat mereka merasa bisa.
Meki kadang-kadang perlu menekan keinginan untuk segera buang air besar (misalnya saat kamar mandi tidak tersedia), namun jika dilakukan terlalu sering bisa mengarah pada hilangnya desakan dan mengakibatkan konstipasi.
Diet
Serat itu penting untuk mempertahankan stool (kotoran) yang lembut dan banyak. Karena itulah, diet yang rendah serat menyebabkan konstipasi. Sumber serat natural terbaik adalah buah, sayuran, dan whole grain.
Laxatives
Salah satu yang dicurigai menjadi penyebab dari konstipasi yang parah adalah penggunaan laxative yang berlebihan. Salah satu hubungan yang telah diketahui adalah antara penggunaan kronis dari stimulant laxative dengan kerusakan syaraf dan otot anus, dan kerusakan ini dipercaya sebagai penyebab dari konstipasi.
Namun masih belum jelas apakah laxative yang telah menyebabkan kerusakan itu, atau kerusakan itu sudah ada sebelum menggunakan laxative, sehingga menyebabkan perlunya penggunaan laxative.
Meski begitu, karena kemungkinan bahwa stimulant laxative bisa merusak anus, para ahli umumnya menganjurkan bahwa stimulant laxative hanya digunakan sebagai cara terakhir jika perawatan non-stimulant telah gagal.
Gangguang Hormonal
Hormon bisa mempengaruhi buang air besar. Contohnya:
Ada banyak penyakit yang bisa mempengaruhi fungsi otot dan syaraf dari anus. Termasuk diantaranya diabetes, scleroderma, intestinal pseudo-obstruction, Hirschsprung's disease, dan Chagas disease. Kanker atau mengecil/menyempitnya anus juga bisa menghambat kelancaran stool (kotoran).
Penyakit Sistem Syaraf Pusat
Beberapa penyakit otak dan syaraf tulang belakang mungkin bisa menyebabkan konstipasi, misalnya Parkinson's disease, multiple sclerosis, dan spinal cord injuries.
Colonic inertia
Colonic inertia adalah sebuah kondisi dimana syaraf dan/atau otot anus tidak bekerja secara normal. Akibatnya, isi anus tidak terdorong untuk melewati anus secara normal.
Penyebab dari colonic inertia ini masih belum jelas. Dalam beberapa kasus, otot atau syaraf dari anus terkena penyakit. Colonic inertia mungkin juga adalah hasil dari penggunaan laxative seperti yang digambarkan diatas.
Namun dalam banyak kasus, tidak ada penyebab yang jelas untuk konstipasi.
Pelvic floor dysfunction
Pelvic floor dysfunction adalah kondisi dimana otot-otot dari pinggul bagian bawah yang mengitari anus tidak bekerja dengan normal. Otot-otot ini sangat penting dalam proses buang air besar.
Masih belum diketahui mengapa otot-otot ini tidak bekerja dengan normal pada sebagian orang, namun gangguan ini bisa menyebabkan buang air besar menjadi sulit meski semua hal lain normal.
Anda banyak test yang bisa digunakan untuk mengevaluasi konstipasi. Pasien umumnya hanya memerlukan beberapa test dasar.
Test-test lain hanya dilakukan untuk mereka yang mengalami konstipasi parah atau konstipasinya tidak merespon dengan mudah terhadap perawatan.
Sejarah Medis
Untuk berbagai alasan, pemeriksaan sejarah medis secara seksama dari pasien yang mengalami konstipasi itu penting, terutama untuk memudahkan dokter dalam mendefenisikan jenis konstipasi yang dialami pasien, sehingga bisa menentukan diagnosa dan perawatan yang sesuai.
Sebagai contoh, jika proses buang air besar itu menyakitkan, maka dokter akan tahu untuk mencari penyebabnya pada anus misalnya mengecilnya anal sphincter atau anal fissure. Jika kotorannya yang bermasalah, maka kemungkinan penyebabnya adalah diet yang kurang serat.
Sejarah medis juga akan mengungkap jenis pengobatan dan penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi. Dalam kasus ini, pengobatan bisa diubah dan penyakitnya bisa dirawat.
Pengamatan sejarah diet, yang mungkin mengharuskan pasien untuk membuat diary makanan selama satu atau dua minggu bisa mengungkap diet yang rendah serat dan mungkin mengarahkan dokter untuk merekomendasikan diet yang tinggi serat.
Sebuah diary makanan juga membuat dokter bisa mengevaluasi seberapa baik pasien meningkatkan serat dalam diet-nya selama menjalani perawatan.
Pengamatan Fisik
Pengamatan secara fisik mungkin bisa mengidentifikasi penyakit (misalnya scleroderma) yang menyebabkan konstipasi. Pengamatan anus dengan jari akan mengungkap merapatnya anal sphincter yang mungkin jadi penyebab konstipasi.
Test Darah
Test darah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami konstipasi. Terutama test darah untuk mengetahui level hormon thyroid (untuk mendeteksi hypothyroidism) dan kalsium (untuk mengetahui level hormon parathyroid) mungkin akan membantu.
Abdominal X-ray
Stool dalam jumlah yang besar di dalam usus biasanya bisa dilihat melalui film sinar-X dari abdomen. Semakin banyak stool yang tampak, semakin parah konstipasinya.
Barium enema
Barium enema adalah study sinar-X dimana cairan barium di masukkan ke dalam anus untuk mengisi rectum dan colon. Barium menggambarkan colon pada sinar-X dan mendefenisikan anatony normal atau tidak normalnya colon dan rectum.
Tumor dan pengecilan/penyempitan adalah keganjilan yang paling sering bisa di deteksi melalui test ini.
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit studies adalah studi yang menentukan berapa lama bagi makanan untuk melewati usus. Untuk transit studies, pasien diminta menelan kapsul selama satu atau beberapa hari.
Di dalam kapsul terdapat potongan-potongan plastik yang bisa dilihat melalui sinar-X. Pembungkus kapsul akan hancur dan melepaskan potongan-potongan plastik ke dalam usus kecil. Potongan-potongan ini kemudian akan melewati usus kecil dan anus.
Setelah 5 atau 7 hari, sinar-X dari perut akan diambil dan potongan-potongan plastik dalam berbagai bagian usus akan dihitung. Dari hasil perhitungan ini, kemudian akan ditentukan apakah ada dan dibagian mana terjadi penundaan di dalam usus.
Pada orang yang tidak mengalami konstipasi, semua potongan plastik akan dibuang melalui anus dan tidak ada yang tersisa di dalam usus.
Defecography
Defecography adalah modifikasi dari pengamatan barium enema. Untuk melakukan prosedur ini, barium dimasukkan ke dalam rectum pasien melalui anus. Sinar-X kemudian diambil saat pasien membuang barium.
Barium akan menggambarkan kondisi rectum dan anus serta menunjukkan perubahan yang terjadi pada otot pelvic floor selama proses buang air besar.
Karena itulah, defecography adalah pengamatan dari proses buang air besar dan memberikan informasi mengenai anatomi tidak normal dari rectum dan otot-otot pelvic floor.
- See more at: http://1001-diet.blogspot.com/2011/05/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi.html#sthash.ohN4cB3J.dpuf
Sedang bagi sebagian yang lain, konstipasi diartikan sebagai susah buang air besar, keras, atau merasa tidak benar-benar kosong setelah buang air besar.
Penyebab dari masing-masing "jenis" konstipasi ini mungkin berbeda, dan metode untuk penyembuhan dari masing-masing seharusnya juga dikaitkan dengan jenis dari konstipasinya.
Konstipasi juga bisa arternatifkan dengan diare. Pola ini umumnya terjadi sebagai bagian dari irritable bowel syndrome (IBS).
Tingkat yang extreme dari konstipasi spectrum adalah fecal impaction, sebuah kondisi dimana stool (kotoran) mengeras di dalam rectum dan menghambat stool lainnya untuk lewat.
Jumlah dari bowel movements (buang air besar) umumnya menurun seiring usia. Sembilan puluh persen orang dewasa buang air besar antara tiga sampai 21 kali per minggu, dan jumlah ini dianggap normal.
Pola yang paling umum dari buang air besar adalah satu kali per hari, namun pola ini hanya terlihat pada kurang dari 50% orang. Selain itu, orang umumnya buang air secara tidak teratur dan tidak setiap hari, atau tidak dalam jumlah yang sama setiap hari.
Secara medis, konstipasi biasanya di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Konstipasi yang parah di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari satu kali per minggu.
Tidak ada alasan medis untuk buang air besar setiap hari. Tidak buang air besar selama dua atau tiga hari itu masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan fisik, hanya mungkin akan menimbulkan gangguan mental pada sebagian orang.
Berbeda dengan kepercayaan umum, tidak ada bukti bahwa "racun" berakumulasi saat buang air secara tidak teratur atau bahwa konstipasi itu mengarah pada kanker.
Penting untuk membedakan antara konstipasi akut dengan konstipasi kronis.
Konstipasi akut membutuhkan penanganan segera karena mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang serius (misalnya tumor usus).
Konstipasi juga membutuhkan penanganan segera jika diiringi dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan misalnya pendarahan pada anus, sakit perut dan cramp, mual dan muntah-muntah, serta menurunnya berat badan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, evaluasi dari konstipasi kronis mungkin tidak harus segera, terutama jika pengobatan sederhana sudah bisa memberikan kesembuhan.
Apa saja penyebab konstipasi?
Secara teori, konstipasi bisa disebabkan oleh lambatnya makanan yang dicerna untuk melewati usus. Namun, lebih dari 95% kejadian, kelambatan ini terjadi di dalam usus besar.Obat-obatan
Yang seringkali dianggap sebagai penyebab konstipasi adalah obat-obatan. Obat-obatan yang paling umum menyebabkan konstipasi antara lain:
- Pengobatan narcotic pain misalnya codeine (contohnya, Tylenol #3), oxycodone (contohnya, Percocet), dan hydromorphone (Dilaudid);
- Antidepressants misalnya amitriptyline (Elavil) dan imipramine (Tofranil)
- Anticonvulsants misalnya phenytoin (Dilantin) dan carbamazepine (Tegretol)
- Supplement zat besi
- Obat-obatan calcium channel blocking misalnya diltiazem (Cardizem) dan nifedipine (Procardia)
- Antacid yang mengandung aluminum misalnya Amphojel dan Basaljel
Perawatan sederhana misalnya meningkatkan jumlah serat dalam diet untuk menghilangkan konstipasi yang disebabkan oleh obat-obatan seringkali efektif, atau menghentikan pengobatan jika memang diperlukan.
Namun jika perawatan sederhana tidak efektif, mungkin bisa dilakukan dengan cara mengganti obat-obatan yang tidak menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan
Kapan anda ingin buang air besar itu dibawah kendali anda. Ini berarti bahwa orang biasanya merasa ingin segera buang air besar saat mereka merasa bisa.
Meki kadang-kadang perlu menekan keinginan untuk segera buang air besar (misalnya saat kamar mandi tidak tersedia), namun jika dilakukan terlalu sering bisa mengarah pada hilangnya desakan dan mengakibatkan konstipasi.
Diet
Serat itu penting untuk mempertahankan stool (kotoran) yang lembut dan banyak. Karena itulah, diet yang rendah serat menyebabkan konstipasi. Sumber serat natural terbaik adalah buah, sayuran, dan whole grain.
Laxatives
Salah satu yang dicurigai menjadi penyebab dari konstipasi yang parah adalah penggunaan laxative yang berlebihan. Salah satu hubungan yang telah diketahui adalah antara penggunaan kronis dari stimulant laxative dengan kerusakan syaraf dan otot anus, dan kerusakan ini dipercaya sebagai penyebab dari konstipasi.
Namun masih belum jelas apakah laxative yang telah menyebabkan kerusakan itu, atau kerusakan itu sudah ada sebelum menggunakan laxative, sehingga menyebabkan perlunya penggunaan laxative.
Meski begitu, karena kemungkinan bahwa stimulant laxative bisa merusak anus, para ahli umumnya menganjurkan bahwa stimulant laxative hanya digunakan sebagai cara terakhir jika perawatan non-stimulant telah gagal.
Gangguang Hormonal
Hormon bisa mempengaruhi buang air besar. Contohnya:
- Terlalu sedikit hormon thyroid (hypothyroidism) dan terlalu banyak hormon parathyroid (dengan meningkatnya level kalsium di dalam darah) bisa menyebabkan konstipasi.
- Saat wanita mengalami masa menstruasi, level estrogen dan progesterone meningkat dan menyebabkan konstipasi. Namun hal ini jarang terjadi untuk jangka waktu yang lama.
- Level estrogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan juga bisa menyebabkan konstipasi.
Ada banyak penyakit yang bisa mempengaruhi fungsi otot dan syaraf dari anus. Termasuk diantaranya diabetes, scleroderma, intestinal pseudo-obstruction, Hirschsprung's disease, dan Chagas disease. Kanker atau mengecil/menyempitnya anus juga bisa menghambat kelancaran stool (kotoran).
Penyakit Sistem Syaraf Pusat
Beberapa penyakit otak dan syaraf tulang belakang mungkin bisa menyebabkan konstipasi, misalnya Parkinson's disease, multiple sclerosis, dan spinal cord injuries.
Colonic inertia
Colonic inertia adalah sebuah kondisi dimana syaraf dan/atau otot anus tidak bekerja secara normal. Akibatnya, isi anus tidak terdorong untuk melewati anus secara normal.
Penyebab dari colonic inertia ini masih belum jelas. Dalam beberapa kasus, otot atau syaraf dari anus terkena penyakit. Colonic inertia mungkin juga adalah hasil dari penggunaan laxative seperti yang digambarkan diatas.
Namun dalam banyak kasus, tidak ada penyebab yang jelas untuk konstipasi.
Pelvic floor dysfunction
Pelvic floor dysfunction adalah kondisi dimana otot-otot dari pinggul bagian bawah yang mengitari anus tidak bekerja dengan normal. Otot-otot ini sangat penting dalam proses buang air besar.
Masih belum diketahui mengapa otot-otot ini tidak bekerja dengan normal pada sebagian orang, namun gangguan ini bisa menyebabkan buang air besar menjadi sulit meski semua hal lain normal.
Bagaimana Konstipasi di Evaluasi?
Pemeriksaan sejarah medis dan pengamatan fisik itu penting dalam semua pasien yang mengalami konstipasi.Anda banyak test yang bisa digunakan untuk mengevaluasi konstipasi. Pasien umumnya hanya memerlukan beberapa test dasar.
Test-test lain hanya dilakukan untuk mereka yang mengalami konstipasi parah atau konstipasinya tidak merespon dengan mudah terhadap perawatan.
Sejarah Medis
Untuk berbagai alasan, pemeriksaan sejarah medis secara seksama dari pasien yang mengalami konstipasi itu penting, terutama untuk memudahkan dokter dalam mendefenisikan jenis konstipasi yang dialami pasien, sehingga bisa menentukan diagnosa dan perawatan yang sesuai.
Sebagai contoh, jika proses buang air besar itu menyakitkan, maka dokter akan tahu untuk mencari penyebabnya pada anus misalnya mengecilnya anal sphincter atau anal fissure. Jika kotorannya yang bermasalah, maka kemungkinan penyebabnya adalah diet yang kurang serat.
Sejarah medis juga akan mengungkap jenis pengobatan dan penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi. Dalam kasus ini, pengobatan bisa diubah dan penyakitnya bisa dirawat.
Pengamatan sejarah diet, yang mungkin mengharuskan pasien untuk membuat diary makanan selama satu atau dua minggu bisa mengungkap diet yang rendah serat dan mungkin mengarahkan dokter untuk merekomendasikan diet yang tinggi serat.
Sebuah diary makanan juga membuat dokter bisa mengevaluasi seberapa baik pasien meningkatkan serat dalam diet-nya selama menjalani perawatan.
Pengamatan Fisik
Pengamatan secara fisik mungkin bisa mengidentifikasi penyakit (misalnya scleroderma) yang menyebabkan konstipasi. Pengamatan anus dengan jari akan mengungkap merapatnya anal sphincter yang mungkin jadi penyebab konstipasi.
Test Darah
Test darah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami konstipasi. Terutama test darah untuk mengetahui level hormon thyroid (untuk mendeteksi hypothyroidism) dan kalsium (untuk mengetahui level hormon parathyroid) mungkin akan membantu.
Abdominal X-ray
Stool dalam jumlah yang besar di dalam usus biasanya bisa dilihat melalui film sinar-X dari abdomen. Semakin banyak stool yang tampak, semakin parah konstipasinya.
Barium enema
Barium enema adalah study sinar-X dimana cairan barium di masukkan ke dalam anus untuk mengisi rectum dan colon. Barium menggambarkan colon pada sinar-X dan mendefenisikan anatony normal atau tidak normalnya colon dan rectum.
Tumor dan pengecilan/penyempitan adalah keganjilan yang paling sering bisa di deteksi melalui test ini.
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit studies adalah studi yang menentukan berapa lama bagi makanan untuk melewati usus. Untuk transit studies, pasien diminta menelan kapsul selama satu atau beberapa hari.
Di dalam kapsul terdapat potongan-potongan plastik yang bisa dilihat melalui sinar-X. Pembungkus kapsul akan hancur dan melepaskan potongan-potongan plastik ke dalam usus kecil. Potongan-potongan ini kemudian akan melewati usus kecil dan anus.
Setelah 5 atau 7 hari, sinar-X dari perut akan diambil dan potongan-potongan plastik dalam berbagai bagian usus akan dihitung. Dari hasil perhitungan ini, kemudian akan ditentukan apakah ada dan dibagian mana terjadi penundaan di dalam usus.
Pada orang yang tidak mengalami konstipasi, semua potongan plastik akan dibuang melalui anus dan tidak ada yang tersisa di dalam usus.
Defecography
Defecography adalah modifikasi dari pengamatan barium enema. Untuk melakukan prosedur ini, barium dimasukkan ke dalam rectum pasien melalui anus. Sinar-X kemudian diambil saat pasien membuang barium.
Barium akan menggambarkan kondisi rectum dan anus serta menunjukkan perubahan yang terjadi pada otot pelvic floor selama proses buang air besar.
Karena itulah, defecography adalah pengamatan dari proses buang air besar dan memberikan informasi mengenai anatomi tidak normal dari rectum dan otot-otot pelvic floor.
- See more at: http://1001-diet.blogspot.com/2011/05/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi.html#sthash.ohN4cB3J.dpuf
Konstipasi punya arti yang berbeda
pada orang yang berbeda. Bagi banyak orang, konstipasi berarti buang air besar
yang tidak teratur.
Sedang bagi sebagian yang lain,
konstipasi diartikan sebagai susah buang air besar, keras, atau merasa tidak
benar-benar kosong setelah buang air besar.
Penyebab dari masing-masing
"jenis" konstipasi ini mungkin berbeda, dan metode untuk penyembuhan
dari masing-masing seharusnya juga dikaitkan dengan jenis dari konstipasinya.
Konstipasi juga bisa arternatifkan
dengan diare. Pola ini umumnya terjadi sebagai bagian dari irritable bowel
syndrome (IBS).
Tingkat yang extreme dari konstipasi
spectrum adalah fecal impaction, sebuah kondisi dimana stool (kotoran) mengeras
di dalam rectum dan menghambat stool lainnya untuk lewat.
Jumlah dari bowel movements (buang
air besar) umumnya menurun seiring usia. Sembilan puluh persen orang dewasa
buang air besar antara tiga sampai 21 kali per minggu, dan jumlah ini dianggap
normal.
Pola yang paling umum dari buang air
besar adalah satu kali per hari, namun pola ini hanya terlihat pada kurang dari
50% orang. Selain itu, orang umumnya buang air secara tidak teratur dan tidak
setiap hari, atau tidak dalam jumlah yang sama setiap hari.
Secara medis, konstipasi biasanya di
defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari tiga
kali per minggu. Konstipasi yang parah di defenisikan sebagai kondisi dimana
seseorang buang air besar kurang dari satu kali per minggu.
Tidak ada alasan medis untuk buang
air besar setiap hari. Tidak buang air besar selama dua atau tiga hari itu
masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan fisik, hanya mungkin akan
menimbulkan gangguan mental pada sebagian orang.
Berbeda dengan kepercayaan umum,
tidak ada bukti bahwa "racun" berakumulasi saat buang air secara
tidak teratur atau bahwa konstipasi itu mengarah pada kanker.
Penting untuk membedakan antara
konstipasi akut dengan konstipasi kronis.
Konstipasi akut membutuhkan
penanganan segera karena mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang serius
(misalnya tumor usus).
Konstipasi juga membutuhkan
penanganan segera jika diiringi dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan
misalnya pendarahan pada anus, sakit perut dan cramp, mual dan muntah-muntah,
serta menurunnya berat badan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, evaluasi dari konstipasi
kronis mungkin tidak harus segera, terutama jika pengobatan sederhana sudah
bisa memberikan kesembuhan.
Apa
saja penyebab konstipasi?
Secara teori, konstipasi bisa
disebabkan oleh lambatnya makanan yang dicerna untuk melewati usus. Namun,
lebih dari 95% kejadian, kelambatan ini terjadi di dalam usus besar.
Obat-obatan
Yang seringkali dianggap sebagai
penyebab konstipasi adalah obat-obatan. Obat-obatan yang paling umum
menyebabkan konstipasi antara lain:
- Pengobatan narcotic pain misalnya codeine (contohnya, Tylenol #3), oxycodone (contohnya, Percocet), dan hydromorphone (Dilaudid);
- Antidepressants misalnya amitriptyline (Elavil) dan imipramine (Tofranil)
- Anticonvulsants misalnya phenytoin (Dilantin) dan carbamazepine (Tegretol)
- Supplement zat besi
- Obat-obatan calcium channel blocking misalnya diltiazem (Cardizem) dan nifedipine (Procardia)
- Antacid yang mengandung aluminum misalnya Amphojel dan Basaljel
Selain obat-obatan diatas, ada
banyak obat-obatan lain yang mungkin menyebabkan konstipasi.
Perawatan sederhana misalnya
meningkatkan jumlah serat dalam diet untuk menghilangkan konstipasi yang
disebabkan oleh obat-obatan seringkali efektif, atau menghentikan pengobatan
jika memang diperlukan.
Namun jika perawatan sederhana tidak
efektif, mungkin bisa dilakukan dengan cara mengganti obat-obatan yang tidak
menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan
Kapan anda ingin buang air besar itu
dibawah kendali anda. Ini berarti bahwa orang biasanya merasa ingin segera
buang air besar saat mereka merasa bisa.
Meki kadang-kadang perlu menekan
keinginan untuk segera buang air besar (misalnya saat kamar mandi tidak
tersedia), namun jika dilakukan terlalu sering bisa mengarah pada hilangnya
desakan dan mengakibatkan konstipasi.
Diet
Serat itu penting untuk
mempertahankan stool (kotoran) yang lembut dan banyak. Karena itulah, diet
yang rendah serat menyebabkan konstipasi. Sumber serat natural terbaik adalah
buah, sayuran, dan whole grain.
Laxatives
Salah satu yang dicurigai menjadi
penyebab dari konstipasi yang parah adalah penggunaan laxative yang berlebihan.
Salah satu hubungan yang telah diketahui adalah antara penggunaan kronis dari
stimulant laxative dengan kerusakan syaraf dan otot anus, dan kerusakan ini
dipercaya sebagai penyebab dari konstipasi.
Namun masih belum jelas apakah
laxative yang telah menyebabkan kerusakan itu, atau kerusakan itu sudah ada
sebelum menggunakan laxative, sehingga menyebabkan perlunya penggunaan
laxative.
Meski begitu, karena kemungkinan
bahwa stimulant laxative bisa merusak anus, para ahli umumnya menganjurkan
bahwa stimulant laxative hanya digunakan sebagai cara terakhir jika perawatan
non-stimulant telah gagal.
Gangguang Hormonal
Hormon bisa mempengaruhi buang air
besar. Contohnya:
- Terlalu sedikit hormon thyroid (hypothyroidism) dan terlalu banyak hormon parathyroid (dengan meningkatnya level kalsium di dalam darah) bisa menyebabkan konstipasi.
- Saat wanita mengalami masa menstruasi, level estrogen dan progesterone meningkat dan menyebabkan konstipasi. Namun hal ini jarang terjadi untuk jangka waktu yang lama.
- Level estrogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan juga bisa menyebabkan konstipasi.
Penyakit yang Mempengaruhi Anus
Ada banyak penyakit yang bisa
mempengaruhi fungsi otot dan syaraf dari anus. Termasuk diantaranya diabetes,
scleroderma, intestinal pseudo-obstruction, Hirschsprung's disease, dan Chagas
disease. Kanker atau mengecil/menyempitnya anus juga bisa menghambat kelancaran
stool (kotoran).
Penyakit Sistem Syaraf Pusat
Beberapa penyakit otak dan syaraf
tulang belakang mungkin bisa menyebabkan konstipasi, misalnya Parkinson's
disease, multiple sclerosis, dan spinal cord injuries.
Colonic inertia
Colonic inertia adalah sebuah
kondisi dimana syaraf dan/atau otot anus tidak bekerja secara normal.
Akibatnya, isi anus tidak terdorong untuk melewati anus secara normal.
Penyebab dari colonic inertia ini
masih belum jelas. Dalam beberapa kasus, otot atau syaraf dari anus terkena
penyakit. Colonic inertia mungkin juga adalah hasil dari penggunaan laxative
seperti yang digambarkan diatas.
Namun dalam banyak kasus, tidak ada penyebab
yang jelas untuk konstipasi.
Pelvic floor dysfunction
Pelvic floor dysfunction adalah
kondisi dimana otot-otot dari pinggul bagian bawah yang mengitari anus tidak
bekerja dengan normal. Otot-otot ini sangat penting dalam proses buang air
besar.
Masih belum diketahui mengapa
otot-otot ini tidak bekerja dengan normal pada sebagian orang, namun gangguan
ini bisa menyebabkan buang air besar menjadi sulit meski semua hal lain normal.
Bagaimana
Konstipasi di Evaluasi?
Pemeriksaan sejarah medis dan pengamatan
fisik itu penting dalam semua pasien yang mengalami konstipasi.
Anda banyak test yang bisa digunakan
untuk mengevaluasi konstipasi. Pasien umumnya hanya memerlukan beberapa test
dasar.
Test-test lain hanya dilakukan untuk
mereka yang mengalami konstipasi parah atau konstipasinya tidak merespon dengan
mudah terhadap perawatan.
Sejarah Medis
Untuk berbagai alasan, pemeriksaan
sejarah medis secara seksama dari pasien yang mengalami konstipasi itu penting,
terutama untuk memudahkan dokter dalam mendefenisikan jenis konstipasi yang
dialami pasien, sehingga bisa menentukan diagnosa dan perawatan yang sesuai.
Sebagai contoh, jika proses buang
air besar itu menyakitkan, maka dokter akan tahu untuk mencari penyebabnya pada
anus misalnya mengecilnya anal sphincter atau anal fissure. Jika kotorannya
yang bermasalah, maka kemungkinan penyebabnya adalah diet
yang kurang serat.
Sejarah medis juga akan mengungkap
jenis pengobatan dan penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi. Dalam kasus
ini, pengobatan bisa diubah dan penyakitnya bisa dirawat.
Pengamatan sejarah diet,
yang mungkin mengharuskan pasien untuk membuat diary makanan selama satu atau
dua minggu bisa mengungkap diet yang rendah serat dan mungkin mengarahkan
dokter untuk merekomendasikan diet yang tinggi serat.
Sebuah diary makanan juga membuat
dokter bisa mengevaluasi seberapa baik pasien meningkatkan serat dalam diet-nya
selama menjalani perawatan.
Pengamatan Fisik
Pengamatan secara fisik mungkin bisa
mengidentifikasi penyakit (misalnya scleroderma) yang menyebabkan konstipasi.
Pengamatan anus dengan jari akan mengungkap merapatnya anal sphincter yang
mungkin jadi penyebab konstipasi.
Test Darah
Test darah mungkin diperlukan untuk
mengevaluasi pasien yang mengalami konstipasi. Terutama test darah untuk
mengetahui level hormon thyroid (untuk mendeteksi hypothyroidism) dan kalsium
(untuk mengetahui level hormon parathyroid) mungkin akan membantu.
Abdominal X-ray
Stool dalam jumlah yang besar di
dalam usus biasanya bisa dilihat melalui film sinar-X dari abdomen. Semakin
banyak stool yang tampak, semakin parah konstipasinya.
Barium enema
Barium enema adalah study sinar-X
dimana cairan barium di masukkan ke dalam anus untuk mengisi rectum dan colon.
Barium menggambarkan colon pada sinar-X dan mendefenisikan anatony normal atau
tidak normalnya colon dan rectum.
Tumor dan pengecilan/penyempitan
adalah keganjilan yang paling sering bisa di deteksi melalui test ini.
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit studies adalah studi
yang menentukan berapa lama bagi makanan untuk melewati usus. Untuk transit
studies, pasien diminta menelan kapsul selama satu atau beberapa hari.
Di dalam kapsul terdapat
potongan-potongan plastik yang bisa dilihat melalui sinar-X. Pembungkus kapsul
akan hancur dan melepaskan potongan-potongan plastik ke dalam usus kecil.
Potongan-potongan ini kemudian akan melewati usus kecil dan anus.
Setelah 5 atau 7 hari, sinar-X dari
perut akan diambil dan potongan-potongan plastik dalam berbagai bagian usus
akan dihitung. Dari hasil perhitungan ini, kemudian akan ditentukan apakah ada
dan dibagian mana terjadi penundaan di dalam usus.
Pada orang yang tidak mengalami
konstipasi, semua potongan plastik akan dibuang melalui anus dan tidak ada yang
tersisa di dalam usus.
Defecography
Defecography adalah modifikasi dari
pengamatan barium enema. Untuk melakukan prosedur ini, barium dimasukkan ke
dalam rectum pasien melalui anus. Sinar-X kemudian diambil saat pasien membuang
barium.
Barium akan menggambarkan kondisi
rectum dan anus serta menunjukkan perubahan yang terjadi pada otot pelvic floor
selama proses buang air besar.
Karena itulah, defecography adalah
pengamatan dari proses buang air besar dan memberikan informasi mengenai
anatomi tidak normal dari rectum dan otot-otot pelvic floor.
- See more at:
http://1001-diet.blogspot.com/2011/05/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi.html
Konstipasi punya arti yang berbeda pada orang yang berbeda. Bagi banyak
orang, konstipasi berarti buang air besar yang tidak teratur.
Sedang bagi sebagian yang lain, konstipasi diartikan sebagai susah buang air besar, keras, atau merasa tidak benar-benar kosong setelah buang air besar.
Penyebab dari masing-masing "jenis" konstipasi ini mungkin berbeda, dan metode untuk penyembuhan dari masing-masing seharusnya juga dikaitkan dengan jenis dari konstipasinya.
Konstipasi juga bisa arternatifkan dengan diare. Pola ini umumnya terjadi sebagai bagian dari irritable bowel syndrome (IBS).
Tingkat yang extreme dari konstipasi spectrum adalah fecal impaction, sebuah kondisi dimana stool (kotoran) mengeras di dalam rectum dan menghambat stool lainnya untuk lewat.
Jumlah dari bowel movements (buang air besar) umumnya menurun seiring usia. Sembilan puluh persen orang dewasa buang air besar antara tiga sampai 21 kali per minggu, dan jumlah ini dianggap normal.
Pola yang paling umum dari buang air besar adalah satu kali per hari, namun pola ini hanya terlihat pada kurang dari 50% orang. Selain itu, orang umumnya buang air secara tidak teratur dan tidak setiap hari, atau tidak dalam jumlah yang sama setiap hari.
Secara medis, konstipasi biasanya di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Konstipasi yang parah di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari satu kali per minggu.
Tidak ada alasan medis untuk buang air besar setiap hari. Tidak buang air besar selama dua atau tiga hari itu masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan fisik, hanya mungkin akan menimbulkan gangguan mental pada sebagian orang.
Berbeda dengan kepercayaan umum, tidak ada bukti bahwa "racun" berakumulasi saat buang air secara tidak teratur atau bahwa konstipasi itu mengarah pada kanker.
Penting untuk membedakan antara konstipasi akut dengan konstipasi kronis.
Konstipasi akut membutuhkan penanganan segera karena mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang serius (misalnya tumor usus).
Konstipasi juga membutuhkan penanganan segera jika diiringi dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan misalnya pendarahan pada anus, sakit perut dan cramp, mual dan muntah-muntah, serta menurunnya berat badan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, evaluasi dari konstipasi kronis mungkin tidak harus segera, terutama jika pengobatan sederhana sudah bisa memberikan kesembuhan.
Obat-obatan
Yang seringkali dianggap sebagai penyebab konstipasi adalah obat-obatan. Obat-obatan yang paling umum menyebabkan konstipasi antara lain:
Perawatan sederhana misalnya meningkatkan jumlah serat dalam diet untuk menghilangkan konstipasi yang disebabkan oleh obat-obatan seringkali efektif, atau menghentikan pengobatan jika memang diperlukan.
Namun jika perawatan sederhana tidak efektif, mungkin bisa dilakukan dengan cara mengganti obat-obatan yang tidak menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan
Kapan anda ingin buang air besar itu dibawah kendali anda. Ini berarti bahwa orang biasanya merasa ingin segera buang air besar saat mereka merasa bisa.
Meki kadang-kadang perlu menekan keinginan untuk segera buang air besar (misalnya saat kamar mandi tidak tersedia), namun jika dilakukan terlalu sering bisa mengarah pada hilangnya desakan dan mengakibatkan konstipasi.
Diet
Serat itu penting untuk mempertahankan stool (kotoran) yang lembut dan banyak. Karena itulah, diet yang rendah serat menyebabkan konstipasi. Sumber serat natural terbaik adalah buah, sayuran, dan whole grain.
Laxatives
Salah satu yang dicurigai menjadi penyebab dari konstipasi yang parah adalah penggunaan laxative yang berlebihan. Salah satu hubungan yang telah diketahui adalah antara penggunaan kronis dari stimulant laxative dengan kerusakan syaraf dan otot anus, dan kerusakan ini dipercaya sebagai penyebab dari konstipasi.
Namun masih belum jelas apakah laxative yang telah menyebabkan kerusakan itu, atau kerusakan itu sudah ada sebelum menggunakan laxative, sehingga menyebabkan perlunya penggunaan laxative.
Meski begitu, karena kemungkinan bahwa stimulant laxative bisa merusak anus, para ahli umumnya menganjurkan bahwa stimulant laxative hanya digunakan sebagai cara terakhir jika perawatan non-stimulant telah gagal.
Gangguang Hormonal
Hormon bisa mempengaruhi buang air besar. Contohnya:
Ada banyak penyakit yang bisa mempengaruhi fungsi otot dan syaraf dari anus. Termasuk diantaranya diabetes, scleroderma, intestinal pseudo-obstruction, Hirschsprung's disease, dan Chagas disease. Kanker atau mengecil/menyempitnya anus juga bisa menghambat kelancaran stool (kotoran).
Penyakit Sistem Syaraf Pusat
Beberapa penyakit otak dan syaraf tulang belakang mungkin bisa menyebabkan konstipasi, misalnya Parkinson's disease, multiple sclerosis, dan spinal cord injuries.
Colonic inertia
Colonic inertia adalah sebuah kondisi dimana syaraf dan/atau otot anus tidak bekerja secara normal. Akibatnya, isi anus tidak terdorong untuk melewati anus secara normal.
Penyebab dari colonic inertia ini masih belum jelas. Dalam beberapa kasus, otot atau syaraf dari anus terkena penyakit. Colonic inertia mungkin juga adalah hasil dari penggunaan laxative seperti yang digambarkan diatas.
Namun dalam banyak kasus, tidak ada penyebab yang jelas untuk konstipasi.
Pelvic floor dysfunction
Pelvic floor dysfunction adalah kondisi dimana otot-otot dari pinggul bagian bawah yang mengitari anus tidak bekerja dengan normal. Otot-otot ini sangat penting dalam proses buang air besar.
Masih belum diketahui mengapa otot-otot ini tidak bekerja dengan normal pada sebagian orang, namun gangguan ini bisa menyebabkan buang air besar menjadi sulit meski semua hal lain normal.
Anda banyak test yang bisa digunakan untuk mengevaluasi konstipasi. Pasien umumnya hanya memerlukan beberapa test dasar.
Test-test lain hanya dilakukan untuk mereka yang mengalami konstipasi parah atau konstipasinya tidak merespon dengan mudah terhadap perawatan.
Sejarah Medis
Untuk berbagai alasan, pemeriksaan sejarah medis secara seksama dari pasien yang mengalami konstipasi itu penting, terutama untuk memudahkan dokter dalam mendefenisikan jenis konstipasi yang dialami pasien, sehingga bisa menentukan diagnosa dan perawatan yang sesuai.
Sebagai contoh, jika proses buang air besar itu menyakitkan, maka dokter akan tahu untuk mencari penyebabnya pada anus misalnya mengecilnya anal sphincter atau anal fissure. Jika kotorannya yang bermasalah, maka kemungkinan penyebabnya adalah diet yang kurang serat.
Sejarah medis juga akan mengungkap jenis pengobatan dan penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi. Dalam kasus ini, pengobatan bisa diubah dan penyakitnya bisa dirawat.
Pengamatan sejarah diet, yang mungkin mengharuskan pasien untuk membuat diary makanan selama satu atau dua minggu bisa mengungkap diet yang rendah serat dan mungkin mengarahkan dokter untuk merekomendasikan diet yang tinggi serat.
Sebuah diary makanan juga membuat dokter bisa mengevaluasi seberapa baik pasien meningkatkan serat dalam diet-nya selama menjalani perawatan.
Pengamatan Fisik
Pengamatan secara fisik mungkin bisa mengidentifikasi penyakit (misalnya scleroderma) yang menyebabkan konstipasi. Pengamatan anus dengan jari akan mengungkap merapatnya anal sphincter yang mungkin jadi penyebab konstipasi.
Test Darah
Test darah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami konstipasi. Terutama test darah untuk mengetahui level hormon thyroid (untuk mendeteksi hypothyroidism) dan kalsium (untuk mengetahui level hormon parathyroid) mungkin akan membantu.
Abdominal X-ray
Stool dalam jumlah yang besar di dalam usus biasanya bisa dilihat melalui film sinar-X dari abdomen. Semakin banyak stool yang tampak, semakin parah konstipasinya.
Barium enema
Barium enema adalah study sinar-X dimana cairan barium di masukkan ke dalam anus untuk mengisi rectum dan colon. Barium menggambarkan colon pada sinar-X dan mendefenisikan anatony normal atau tidak normalnya colon dan rectum.
Tumor dan pengecilan/penyempitan adalah keganjilan yang paling sering bisa di deteksi melalui test ini.
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit studies adalah studi yang menentukan berapa lama bagi makanan untuk melewati usus. Untuk transit studies, pasien diminta menelan kapsul selama satu atau beberapa hari.
Di dalam kapsul terdapat potongan-potongan plastik yang bisa dilihat melalui sinar-X. Pembungkus kapsul akan hancur dan melepaskan potongan-potongan plastik ke dalam usus kecil. Potongan-potongan ini kemudian akan melewati usus kecil dan anus.
Setelah 5 atau 7 hari, sinar-X dari perut akan diambil dan potongan-potongan plastik dalam berbagai bagian usus akan dihitung. Dari hasil perhitungan ini, kemudian akan ditentukan apakah ada dan dibagian mana terjadi penundaan di dalam usus.
Pada orang yang tidak mengalami konstipasi, semua potongan plastik akan dibuang melalui anus dan tidak ada yang tersisa di dalam usus.
Defecography
Defecography adalah modifikasi dari pengamatan barium enema. Untuk melakukan prosedur ini, barium dimasukkan ke dalam rectum pasien melalui anus. Sinar-X kemudian diambil saat pasien membuang barium.
Barium akan menggambarkan kondisi rectum dan anus serta menunjukkan perubahan yang terjadi pada otot pelvic floor selama proses buang air besar.
Karena itulah, defecography adalah pengamatan dari proses buang air besar dan memberikan informasi mengenai anatomi tidak normal dari rectum dan otot-otot pelvic floor.
- See more at: http://1001-diet.blogspot.com/2011/05/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi.html#sthash.ohN4cB3J.dpuf
Sedang bagi sebagian yang lain, konstipasi diartikan sebagai susah buang air besar, keras, atau merasa tidak benar-benar kosong setelah buang air besar.
Penyebab dari masing-masing "jenis" konstipasi ini mungkin berbeda, dan metode untuk penyembuhan dari masing-masing seharusnya juga dikaitkan dengan jenis dari konstipasinya.
Konstipasi juga bisa arternatifkan dengan diare. Pola ini umumnya terjadi sebagai bagian dari irritable bowel syndrome (IBS).
Tingkat yang extreme dari konstipasi spectrum adalah fecal impaction, sebuah kondisi dimana stool (kotoran) mengeras di dalam rectum dan menghambat stool lainnya untuk lewat.
Jumlah dari bowel movements (buang air besar) umumnya menurun seiring usia. Sembilan puluh persen orang dewasa buang air besar antara tiga sampai 21 kali per minggu, dan jumlah ini dianggap normal.
Pola yang paling umum dari buang air besar adalah satu kali per hari, namun pola ini hanya terlihat pada kurang dari 50% orang. Selain itu, orang umumnya buang air secara tidak teratur dan tidak setiap hari, atau tidak dalam jumlah yang sama setiap hari.
Secara medis, konstipasi biasanya di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Konstipasi yang parah di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari satu kali per minggu.
Tidak ada alasan medis untuk buang air besar setiap hari. Tidak buang air besar selama dua atau tiga hari itu masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan fisik, hanya mungkin akan menimbulkan gangguan mental pada sebagian orang.
Berbeda dengan kepercayaan umum, tidak ada bukti bahwa "racun" berakumulasi saat buang air secara tidak teratur atau bahwa konstipasi itu mengarah pada kanker.
Penting untuk membedakan antara konstipasi akut dengan konstipasi kronis.
Konstipasi akut membutuhkan penanganan segera karena mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang serius (misalnya tumor usus).
Konstipasi juga membutuhkan penanganan segera jika diiringi dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan misalnya pendarahan pada anus, sakit perut dan cramp, mual dan muntah-muntah, serta menurunnya berat badan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, evaluasi dari konstipasi kronis mungkin tidak harus segera, terutama jika pengobatan sederhana sudah bisa memberikan kesembuhan.
Apa saja penyebab konstipasi?
Secara teori, konstipasi bisa disebabkan oleh lambatnya makanan yang dicerna untuk melewati usus. Namun, lebih dari 95% kejadian, kelambatan ini terjadi di dalam usus besar.Obat-obatan
Yang seringkali dianggap sebagai penyebab konstipasi adalah obat-obatan. Obat-obatan yang paling umum menyebabkan konstipasi antara lain:
- Pengobatan narcotic pain misalnya codeine (contohnya, Tylenol #3), oxycodone (contohnya, Percocet), dan hydromorphone (Dilaudid);
- Antidepressants misalnya amitriptyline (Elavil) dan imipramine (Tofranil)
- Anticonvulsants misalnya phenytoin (Dilantin) dan carbamazepine (Tegretol)
- Supplement zat besi
- Obat-obatan calcium channel blocking misalnya diltiazem (Cardizem) dan nifedipine (Procardia)
- Antacid yang mengandung aluminum misalnya Amphojel dan Basaljel
Perawatan sederhana misalnya meningkatkan jumlah serat dalam diet untuk menghilangkan konstipasi yang disebabkan oleh obat-obatan seringkali efektif, atau menghentikan pengobatan jika memang diperlukan.
Namun jika perawatan sederhana tidak efektif, mungkin bisa dilakukan dengan cara mengganti obat-obatan yang tidak menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan
Kapan anda ingin buang air besar itu dibawah kendali anda. Ini berarti bahwa orang biasanya merasa ingin segera buang air besar saat mereka merasa bisa.
Meki kadang-kadang perlu menekan keinginan untuk segera buang air besar (misalnya saat kamar mandi tidak tersedia), namun jika dilakukan terlalu sering bisa mengarah pada hilangnya desakan dan mengakibatkan konstipasi.
Diet
Serat itu penting untuk mempertahankan stool (kotoran) yang lembut dan banyak. Karena itulah, diet yang rendah serat menyebabkan konstipasi. Sumber serat natural terbaik adalah buah, sayuran, dan whole grain.
Laxatives
Salah satu yang dicurigai menjadi penyebab dari konstipasi yang parah adalah penggunaan laxative yang berlebihan. Salah satu hubungan yang telah diketahui adalah antara penggunaan kronis dari stimulant laxative dengan kerusakan syaraf dan otot anus, dan kerusakan ini dipercaya sebagai penyebab dari konstipasi.
Namun masih belum jelas apakah laxative yang telah menyebabkan kerusakan itu, atau kerusakan itu sudah ada sebelum menggunakan laxative, sehingga menyebabkan perlunya penggunaan laxative.
Meski begitu, karena kemungkinan bahwa stimulant laxative bisa merusak anus, para ahli umumnya menganjurkan bahwa stimulant laxative hanya digunakan sebagai cara terakhir jika perawatan non-stimulant telah gagal.
Gangguang Hormonal
Hormon bisa mempengaruhi buang air besar. Contohnya:
- Terlalu sedikit hormon thyroid (hypothyroidism) dan terlalu banyak hormon parathyroid (dengan meningkatnya level kalsium di dalam darah) bisa menyebabkan konstipasi.
- Saat wanita mengalami masa menstruasi, level estrogen dan progesterone meningkat dan menyebabkan konstipasi. Namun hal ini jarang terjadi untuk jangka waktu yang lama.
- Level estrogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan juga bisa menyebabkan konstipasi.
Ada banyak penyakit yang bisa mempengaruhi fungsi otot dan syaraf dari anus. Termasuk diantaranya diabetes, scleroderma, intestinal pseudo-obstruction, Hirschsprung's disease, dan Chagas disease. Kanker atau mengecil/menyempitnya anus juga bisa menghambat kelancaran stool (kotoran).
Penyakit Sistem Syaraf Pusat
Beberapa penyakit otak dan syaraf tulang belakang mungkin bisa menyebabkan konstipasi, misalnya Parkinson's disease, multiple sclerosis, dan spinal cord injuries.
Colonic inertia
Colonic inertia adalah sebuah kondisi dimana syaraf dan/atau otot anus tidak bekerja secara normal. Akibatnya, isi anus tidak terdorong untuk melewati anus secara normal.
Penyebab dari colonic inertia ini masih belum jelas. Dalam beberapa kasus, otot atau syaraf dari anus terkena penyakit. Colonic inertia mungkin juga adalah hasil dari penggunaan laxative seperti yang digambarkan diatas.
Namun dalam banyak kasus, tidak ada penyebab yang jelas untuk konstipasi.
Pelvic floor dysfunction
Pelvic floor dysfunction adalah kondisi dimana otot-otot dari pinggul bagian bawah yang mengitari anus tidak bekerja dengan normal. Otot-otot ini sangat penting dalam proses buang air besar.
Masih belum diketahui mengapa otot-otot ini tidak bekerja dengan normal pada sebagian orang, namun gangguan ini bisa menyebabkan buang air besar menjadi sulit meski semua hal lain normal.
Bagaimana Konstipasi di Evaluasi?
Pemeriksaan sejarah medis dan pengamatan fisik itu penting dalam semua pasien yang mengalami konstipasi.Anda banyak test yang bisa digunakan untuk mengevaluasi konstipasi. Pasien umumnya hanya memerlukan beberapa test dasar.
Test-test lain hanya dilakukan untuk mereka yang mengalami konstipasi parah atau konstipasinya tidak merespon dengan mudah terhadap perawatan.
Sejarah Medis
Untuk berbagai alasan, pemeriksaan sejarah medis secara seksama dari pasien yang mengalami konstipasi itu penting, terutama untuk memudahkan dokter dalam mendefenisikan jenis konstipasi yang dialami pasien, sehingga bisa menentukan diagnosa dan perawatan yang sesuai.
Sebagai contoh, jika proses buang air besar itu menyakitkan, maka dokter akan tahu untuk mencari penyebabnya pada anus misalnya mengecilnya anal sphincter atau anal fissure. Jika kotorannya yang bermasalah, maka kemungkinan penyebabnya adalah diet yang kurang serat.
Sejarah medis juga akan mengungkap jenis pengobatan dan penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi. Dalam kasus ini, pengobatan bisa diubah dan penyakitnya bisa dirawat.
Pengamatan sejarah diet, yang mungkin mengharuskan pasien untuk membuat diary makanan selama satu atau dua minggu bisa mengungkap diet yang rendah serat dan mungkin mengarahkan dokter untuk merekomendasikan diet yang tinggi serat.
Sebuah diary makanan juga membuat dokter bisa mengevaluasi seberapa baik pasien meningkatkan serat dalam diet-nya selama menjalani perawatan.
Pengamatan Fisik
Pengamatan secara fisik mungkin bisa mengidentifikasi penyakit (misalnya scleroderma) yang menyebabkan konstipasi. Pengamatan anus dengan jari akan mengungkap merapatnya anal sphincter yang mungkin jadi penyebab konstipasi.
Test Darah
Test darah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami konstipasi. Terutama test darah untuk mengetahui level hormon thyroid (untuk mendeteksi hypothyroidism) dan kalsium (untuk mengetahui level hormon parathyroid) mungkin akan membantu.
Abdominal X-ray
Stool dalam jumlah yang besar di dalam usus biasanya bisa dilihat melalui film sinar-X dari abdomen. Semakin banyak stool yang tampak, semakin parah konstipasinya.
Barium enema
Barium enema adalah study sinar-X dimana cairan barium di masukkan ke dalam anus untuk mengisi rectum dan colon. Barium menggambarkan colon pada sinar-X dan mendefenisikan anatony normal atau tidak normalnya colon dan rectum.
Tumor dan pengecilan/penyempitan adalah keganjilan yang paling sering bisa di deteksi melalui test ini.
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit studies adalah studi yang menentukan berapa lama bagi makanan untuk melewati usus. Untuk transit studies, pasien diminta menelan kapsul selama satu atau beberapa hari.
Di dalam kapsul terdapat potongan-potongan plastik yang bisa dilihat melalui sinar-X. Pembungkus kapsul akan hancur dan melepaskan potongan-potongan plastik ke dalam usus kecil. Potongan-potongan ini kemudian akan melewati usus kecil dan anus.
Setelah 5 atau 7 hari, sinar-X dari perut akan diambil dan potongan-potongan plastik dalam berbagai bagian usus akan dihitung. Dari hasil perhitungan ini, kemudian akan ditentukan apakah ada dan dibagian mana terjadi penundaan di dalam usus.
Pada orang yang tidak mengalami konstipasi, semua potongan plastik akan dibuang melalui anus dan tidak ada yang tersisa di dalam usus.
Defecography
Defecography adalah modifikasi dari pengamatan barium enema. Untuk melakukan prosedur ini, barium dimasukkan ke dalam rectum pasien melalui anus. Sinar-X kemudian diambil saat pasien membuang barium.
Barium akan menggambarkan kondisi rectum dan anus serta menunjukkan perubahan yang terjadi pada otot pelvic floor selama proses buang air besar.
Karena itulah, defecography adalah pengamatan dari proses buang air besar dan memberikan informasi mengenai anatomi tidak normal dari rectum dan otot-otot pelvic floor.
- See more at: http://1001-diet.blogspot.com/2011/05/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi.html#sthash.ohN4cB3J.dpuf
Konstipasi punya arti yang berbeda pada orang yang berbeda. Bagi banyak
orang, konstipasi berarti buang air besar yang tidak teratur.
Sedang bagi sebagian yang lain, konstipasi diartikan sebagai susah buang air besar, keras, atau merasa tidak benar-benar kosong setelah buang air besar.
Penyebab dari masing-masing "jenis" konstipasi ini mungkin berbeda, dan metode untuk penyembuhan dari masing-masing seharusnya juga dikaitkan dengan jenis dari konstipasinya.
Konstipasi juga bisa arternatifkan dengan diare. Pola ini umumnya terjadi sebagai bagian dari irritable bowel syndrome (IBS).
Tingkat yang extreme dari konstipasi spectrum adalah fecal impaction, sebuah kondisi dimana stool (kotoran) mengeras di dalam rectum dan menghambat stool lainnya untuk lewat.
Jumlah dari bowel movements (buang air besar) umumnya menurun seiring usia. Sembilan puluh persen orang dewasa buang air besar antara tiga sampai 21 kali per minggu, dan jumlah ini dianggap normal.
Pola yang paling umum dari buang air besar adalah satu kali per hari, namun pola ini hanya terlihat pada kurang dari 50% orang. Selain itu, orang umumnya buang air secara tidak teratur dan tidak setiap hari, atau tidak dalam jumlah yang sama setiap hari.
Secara medis, konstipasi biasanya di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Konstipasi yang parah di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari satu kali per minggu.
Tidak ada alasan medis untuk buang air besar setiap hari. Tidak buang air besar selama dua atau tiga hari itu masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan fisik, hanya mungkin akan menimbulkan gangguan mental pada sebagian orang.
Berbeda dengan kepercayaan umum, tidak ada bukti bahwa "racun" berakumulasi saat buang air secara tidak teratur atau bahwa konstipasi itu mengarah pada kanker.
Penting untuk membedakan antara konstipasi akut dengan konstipasi kronis.
Konstipasi akut membutuhkan penanganan segera karena mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang serius (misalnya tumor usus).
Konstipasi juga membutuhkan penanganan segera jika diiringi dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan misalnya pendarahan pada anus, sakit perut dan cramp, mual dan muntah-muntah, serta menurunnya berat badan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, evaluasi dari konstipasi kronis mungkin tidak harus segera, terutama jika pengobatan sederhana sudah bisa memberikan kesembuhan.
Obat-obatan
Yang seringkali dianggap sebagai penyebab konstipasi adalah obat-obatan. Obat-obatan yang paling umum menyebabkan konstipasi antara lain:
Perawatan sederhana misalnya meningkatkan jumlah serat dalam diet untuk menghilangkan konstipasi yang disebabkan oleh obat-obatan seringkali efektif, atau menghentikan pengobatan jika memang diperlukan.
Namun jika perawatan sederhana tidak efektif, mungkin bisa dilakukan dengan cara mengganti obat-obatan yang tidak menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan
Kapan anda ingin buang air besar itu dibawah kendali anda. Ini berarti bahwa orang biasanya merasa ingin segera buang air besar saat mereka merasa bisa.
Meki kadang-kadang perlu menekan keinginan untuk segera buang air besar (misalnya saat kamar mandi tidak tersedia), namun jika dilakukan terlalu sering bisa mengarah pada hilangnya desakan dan mengakibatkan konstipasi.
Diet
Serat itu penting untuk mempertahankan stool (kotoran) yang lembut dan banyak. Karena itulah, diet yang rendah serat menyebabkan konstipasi. Sumber serat natural terbaik adalah buah, sayuran, dan whole grain.
Laxatives
Salah satu yang dicurigai menjadi penyebab dari konstipasi yang parah adalah penggunaan laxative yang berlebihan. Salah satu hubungan yang telah diketahui adalah antara penggunaan kronis dari stimulant laxative dengan kerusakan syaraf dan otot anus, dan kerusakan ini dipercaya sebagai penyebab dari konstipasi.
Namun masih belum jelas apakah laxative yang telah menyebabkan kerusakan itu, atau kerusakan itu sudah ada sebelum menggunakan laxative, sehingga menyebabkan perlunya penggunaan laxative.
Meski begitu, karena kemungkinan bahwa stimulant laxative bisa merusak anus, para ahli umumnya menganjurkan bahwa stimulant laxative hanya digunakan sebagai cara terakhir jika perawatan non-stimulant telah gagal.
Gangguang Hormonal
Hormon bisa mempengaruhi buang air besar. Contohnya:
Ada banyak penyakit yang bisa mempengaruhi fungsi otot dan syaraf dari anus. Termasuk diantaranya diabetes, scleroderma, intestinal pseudo-obstruction, Hirschsprung's disease, dan Chagas disease. Kanker atau mengecil/menyempitnya anus juga bisa menghambat kelancaran stool (kotoran).
Penyakit Sistem Syaraf Pusat
Beberapa penyakit otak dan syaraf tulang belakang mungkin bisa menyebabkan konstipasi, misalnya Parkinson's disease, multiple sclerosis, dan spinal cord injuries.
Colonic inertia
Colonic inertia adalah sebuah kondisi dimana syaraf dan/atau otot anus tidak bekerja secara normal. Akibatnya, isi anus tidak terdorong untuk melewati anus secara normal.
Penyebab dari colonic inertia ini masih belum jelas. Dalam beberapa kasus, otot atau syaraf dari anus terkena penyakit. Colonic inertia mungkin juga adalah hasil dari penggunaan laxative seperti yang digambarkan diatas.
Namun dalam banyak kasus, tidak ada penyebab yang jelas untuk konstipasi.
Pelvic floor dysfunction
Pelvic floor dysfunction adalah kondisi dimana otot-otot dari pinggul bagian bawah yang mengitari anus tidak bekerja dengan normal. Otot-otot ini sangat penting dalam proses buang air besar.
Masih belum diketahui mengapa otot-otot ini tidak bekerja dengan normal pada sebagian orang, namun gangguan ini bisa menyebabkan buang air besar menjadi sulit meski semua hal lain normal.
Anda banyak test yang bisa digunakan untuk mengevaluasi konstipasi. Pasien umumnya hanya memerlukan beberapa test dasar.
Test-test lain hanya dilakukan untuk mereka yang mengalami konstipasi parah atau konstipasinya tidak merespon dengan mudah terhadap perawatan.
Sejarah Medis
Untuk berbagai alasan, pemeriksaan sejarah medis secara seksama dari pasien yang mengalami konstipasi itu penting, terutama untuk memudahkan dokter dalam mendefenisikan jenis konstipasi yang dialami pasien, sehingga bisa menentukan diagnosa dan perawatan yang sesuai.
Sebagai contoh, jika proses buang air besar itu menyakitkan, maka dokter akan tahu untuk mencari penyebabnya pada anus misalnya mengecilnya anal sphincter atau anal fissure. Jika kotorannya yang bermasalah, maka kemungkinan penyebabnya adalah diet yang kurang serat.
Sejarah medis juga akan mengungkap jenis pengobatan dan penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi. Dalam kasus ini, pengobatan bisa diubah dan penyakitnya bisa dirawat.
Pengamatan sejarah diet, yang mungkin mengharuskan pasien untuk membuat diary makanan selama satu atau dua minggu bisa mengungkap diet yang rendah serat dan mungkin mengarahkan dokter untuk merekomendasikan diet yang tinggi serat.
Sebuah diary makanan juga membuat dokter bisa mengevaluasi seberapa baik pasien meningkatkan serat dalam diet-nya selama menjalani perawatan.
Pengamatan Fisik
Pengamatan secara fisik mungkin bisa mengidentifikasi penyakit (misalnya scleroderma) yang menyebabkan konstipasi. Pengamatan anus dengan jari akan mengungkap merapatnya anal sphincter yang mungkin jadi penyebab konstipasi.
Test Darah
Test darah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami konstipasi. Terutama test darah untuk mengetahui level hormon thyroid (untuk mendeteksi hypothyroidism) dan kalsium (untuk mengetahui level hormon parathyroid) mungkin akan membantu.
Abdominal X-ray
Stool dalam jumlah yang besar di dalam usus biasanya bisa dilihat melalui film sinar-X dari abdomen. Semakin banyak stool yang tampak, semakin parah konstipasinya.
Barium enema
Barium enema adalah study sinar-X dimana cairan barium di masukkan ke dalam anus untuk mengisi rectum dan colon. Barium menggambarkan colon pada sinar-X dan mendefenisikan anatony normal atau tidak normalnya colon dan rectum.
Tumor dan pengecilan/penyempitan adalah keganjilan yang paling sering bisa di deteksi melalui test ini.
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit studies adalah studi yang menentukan berapa lama bagi makanan untuk melewati usus. Untuk transit studies, pasien diminta menelan kapsul selama satu atau beberapa hari.
Di dalam kapsul terdapat potongan-potongan plastik yang bisa dilihat melalui sinar-X. Pembungkus kapsul akan hancur dan melepaskan potongan-potongan plastik ke dalam usus kecil. Potongan-potongan ini kemudian akan melewati usus kecil dan anus.
Setelah 5 atau 7 hari, sinar-X dari perut akan diambil dan potongan-potongan plastik dalam berbagai bagian usus akan dihitung. Dari hasil perhitungan ini, kemudian akan ditentukan apakah ada dan dibagian mana terjadi penundaan di dalam usus.
Pada orang yang tidak mengalami konstipasi, semua potongan plastik akan dibuang melalui anus dan tidak ada yang tersisa di dalam usus.
Defecography
Defecography adalah modifikasi dari pengamatan barium enema. Untuk melakukan prosedur ini, barium dimasukkan ke dalam rectum pasien melalui anus. Sinar-X kemudian diambil saat pasien membuang barium.
Barium akan menggambarkan kondisi rectum dan anus serta menunjukkan perubahan yang terjadi pada otot pelvic floor selama proses buang air besar.
Karena itulah, defecography adalah pengamatan dari proses buang air besar dan memberikan informasi mengenai anatomi tidak normal dari rectum dan otot-otot pelvic floor.
- See more at: http://1001-diet.blogspot.com/2011/05/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi.html#sthash.ohN4cB3J.dpuf
Sedang bagi sebagian yang lain, konstipasi diartikan sebagai susah buang air besar, keras, atau merasa tidak benar-benar kosong setelah buang air besar.
Penyebab dari masing-masing "jenis" konstipasi ini mungkin berbeda, dan metode untuk penyembuhan dari masing-masing seharusnya juga dikaitkan dengan jenis dari konstipasinya.
Konstipasi juga bisa arternatifkan dengan diare. Pola ini umumnya terjadi sebagai bagian dari irritable bowel syndrome (IBS).
Tingkat yang extreme dari konstipasi spectrum adalah fecal impaction, sebuah kondisi dimana stool (kotoran) mengeras di dalam rectum dan menghambat stool lainnya untuk lewat.
Jumlah dari bowel movements (buang air besar) umumnya menurun seiring usia. Sembilan puluh persen orang dewasa buang air besar antara tiga sampai 21 kali per minggu, dan jumlah ini dianggap normal.
Pola yang paling umum dari buang air besar adalah satu kali per hari, namun pola ini hanya terlihat pada kurang dari 50% orang. Selain itu, orang umumnya buang air secara tidak teratur dan tidak setiap hari, atau tidak dalam jumlah yang sama setiap hari.
Secara medis, konstipasi biasanya di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari tiga kali per minggu. Konstipasi yang parah di defenisikan sebagai kondisi dimana seseorang buang air besar kurang dari satu kali per minggu.
Tidak ada alasan medis untuk buang air besar setiap hari. Tidak buang air besar selama dua atau tiga hari itu masih dianggap wajar dan tidak menganggu kenyamanan fisik, hanya mungkin akan menimbulkan gangguan mental pada sebagian orang.
Berbeda dengan kepercayaan umum, tidak ada bukti bahwa "racun" berakumulasi saat buang air secara tidak teratur atau bahwa konstipasi itu mengarah pada kanker.
Penting untuk membedakan antara konstipasi akut dengan konstipasi kronis.
Konstipasi akut membutuhkan penanganan segera karena mungkin disebabkan oleh kondisi medis yang serius (misalnya tumor usus).
Konstipasi juga membutuhkan penanganan segera jika diiringi dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan misalnya pendarahan pada anus, sakit perut dan cramp, mual dan muntah-muntah, serta menurunnya berat badan yang tidak direncanakan.
Sebaliknya, evaluasi dari konstipasi kronis mungkin tidak harus segera, terutama jika pengobatan sederhana sudah bisa memberikan kesembuhan.
Apa saja penyebab konstipasi?
Secara teori, konstipasi bisa disebabkan oleh lambatnya makanan yang dicerna untuk melewati usus. Namun, lebih dari 95% kejadian, kelambatan ini terjadi di dalam usus besar.Obat-obatan
Yang seringkali dianggap sebagai penyebab konstipasi adalah obat-obatan. Obat-obatan yang paling umum menyebabkan konstipasi antara lain:
- Pengobatan narcotic pain misalnya codeine (contohnya, Tylenol #3), oxycodone (contohnya, Percocet), dan hydromorphone (Dilaudid);
- Antidepressants misalnya amitriptyline (Elavil) dan imipramine (Tofranil)
- Anticonvulsants misalnya phenytoin (Dilantin) dan carbamazepine (Tegretol)
- Supplement zat besi
- Obat-obatan calcium channel blocking misalnya diltiazem (Cardizem) dan nifedipine (Procardia)
- Antacid yang mengandung aluminum misalnya Amphojel dan Basaljel
Perawatan sederhana misalnya meningkatkan jumlah serat dalam diet untuk menghilangkan konstipasi yang disebabkan oleh obat-obatan seringkali efektif, atau menghentikan pengobatan jika memang diperlukan.
Namun jika perawatan sederhana tidak efektif, mungkin bisa dilakukan dengan cara mengganti obat-obatan yang tidak menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan
Kapan anda ingin buang air besar itu dibawah kendali anda. Ini berarti bahwa orang biasanya merasa ingin segera buang air besar saat mereka merasa bisa.
Meki kadang-kadang perlu menekan keinginan untuk segera buang air besar (misalnya saat kamar mandi tidak tersedia), namun jika dilakukan terlalu sering bisa mengarah pada hilangnya desakan dan mengakibatkan konstipasi.
Diet
Serat itu penting untuk mempertahankan stool (kotoran) yang lembut dan banyak. Karena itulah, diet yang rendah serat menyebabkan konstipasi. Sumber serat natural terbaik adalah buah, sayuran, dan whole grain.
Laxatives
Salah satu yang dicurigai menjadi penyebab dari konstipasi yang parah adalah penggunaan laxative yang berlebihan. Salah satu hubungan yang telah diketahui adalah antara penggunaan kronis dari stimulant laxative dengan kerusakan syaraf dan otot anus, dan kerusakan ini dipercaya sebagai penyebab dari konstipasi.
Namun masih belum jelas apakah laxative yang telah menyebabkan kerusakan itu, atau kerusakan itu sudah ada sebelum menggunakan laxative, sehingga menyebabkan perlunya penggunaan laxative.
Meski begitu, karena kemungkinan bahwa stimulant laxative bisa merusak anus, para ahli umumnya menganjurkan bahwa stimulant laxative hanya digunakan sebagai cara terakhir jika perawatan non-stimulant telah gagal.
Gangguang Hormonal
Hormon bisa mempengaruhi buang air besar. Contohnya:
- Terlalu sedikit hormon thyroid (hypothyroidism) dan terlalu banyak hormon parathyroid (dengan meningkatnya level kalsium di dalam darah) bisa menyebabkan konstipasi.
- Saat wanita mengalami masa menstruasi, level estrogen dan progesterone meningkat dan menyebabkan konstipasi. Namun hal ini jarang terjadi untuk jangka waktu yang lama.
- Level estrogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan juga bisa menyebabkan konstipasi.
Ada banyak penyakit yang bisa mempengaruhi fungsi otot dan syaraf dari anus. Termasuk diantaranya diabetes, scleroderma, intestinal pseudo-obstruction, Hirschsprung's disease, dan Chagas disease. Kanker atau mengecil/menyempitnya anus juga bisa menghambat kelancaran stool (kotoran).
Penyakit Sistem Syaraf Pusat
Beberapa penyakit otak dan syaraf tulang belakang mungkin bisa menyebabkan konstipasi, misalnya Parkinson's disease, multiple sclerosis, dan spinal cord injuries.
Colonic inertia
Colonic inertia adalah sebuah kondisi dimana syaraf dan/atau otot anus tidak bekerja secara normal. Akibatnya, isi anus tidak terdorong untuk melewati anus secara normal.
Penyebab dari colonic inertia ini masih belum jelas. Dalam beberapa kasus, otot atau syaraf dari anus terkena penyakit. Colonic inertia mungkin juga adalah hasil dari penggunaan laxative seperti yang digambarkan diatas.
Namun dalam banyak kasus, tidak ada penyebab yang jelas untuk konstipasi.
Pelvic floor dysfunction
Pelvic floor dysfunction adalah kondisi dimana otot-otot dari pinggul bagian bawah yang mengitari anus tidak bekerja dengan normal. Otot-otot ini sangat penting dalam proses buang air besar.
Masih belum diketahui mengapa otot-otot ini tidak bekerja dengan normal pada sebagian orang, namun gangguan ini bisa menyebabkan buang air besar menjadi sulit meski semua hal lain normal.
Bagaimana Konstipasi di Evaluasi?
Pemeriksaan sejarah medis dan pengamatan fisik itu penting dalam semua pasien yang mengalami konstipasi.Anda banyak test yang bisa digunakan untuk mengevaluasi konstipasi. Pasien umumnya hanya memerlukan beberapa test dasar.
Test-test lain hanya dilakukan untuk mereka yang mengalami konstipasi parah atau konstipasinya tidak merespon dengan mudah terhadap perawatan.
Sejarah Medis
Untuk berbagai alasan, pemeriksaan sejarah medis secara seksama dari pasien yang mengalami konstipasi itu penting, terutama untuk memudahkan dokter dalam mendefenisikan jenis konstipasi yang dialami pasien, sehingga bisa menentukan diagnosa dan perawatan yang sesuai.
Sebagai contoh, jika proses buang air besar itu menyakitkan, maka dokter akan tahu untuk mencari penyebabnya pada anus misalnya mengecilnya anal sphincter atau anal fissure. Jika kotorannya yang bermasalah, maka kemungkinan penyebabnya adalah diet yang kurang serat.
Sejarah medis juga akan mengungkap jenis pengobatan dan penyakit yang bisa menyebabkan konstipasi. Dalam kasus ini, pengobatan bisa diubah dan penyakitnya bisa dirawat.
Pengamatan sejarah diet, yang mungkin mengharuskan pasien untuk membuat diary makanan selama satu atau dua minggu bisa mengungkap diet yang rendah serat dan mungkin mengarahkan dokter untuk merekomendasikan diet yang tinggi serat.
Sebuah diary makanan juga membuat dokter bisa mengevaluasi seberapa baik pasien meningkatkan serat dalam diet-nya selama menjalani perawatan.
Pengamatan Fisik
Pengamatan secara fisik mungkin bisa mengidentifikasi penyakit (misalnya scleroderma) yang menyebabkan konstipasi. Pengamatan anus dengan jari akan mengungkap merapatnya anal sphincter yang mungkin jadi penyebab konstipasi.
Test Darah
Test darah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami konstipasi. Terutama test darah untuk mengetahui level hormon thyroid (untuk mendeteksi hypothyroidism) dan kalsium (untuk mengetahui level hormon parathyroid) mungkin akan membantu.
Abdominal X-ray
Stool dalam jumlah yang besar di dalam usus biasanya bisa dilihat melalui film sinar-X dari abdomen. Semakin banyak stool yang tampak, semakin parah konstipasinya.
Barium enema
Barium enema adalah study sinar-X dimana cairan barium di masukkan ke dalam anus untuk mengisi rectum dan colon. Barium menggambarkan colon pada sinar-X dan mendefenisikan anatony normal atau tidak normalnya colon dan rectum.
Tumor dan pengecilan/penyempitan adalah keganjilan yang paling sering bisa di deteksi melalui test ini.
Colonic transit (marker) studies
Colonic transit studies adalah studi yang menentukan berapa lama bagi makanan untuk melewati usus. Untuk transit studies, pasien diminta menelan kapsul selama satu atau beberapa hari.
Di dalam kapsul terdapat potongan-potongan plastik yang bisa dilihat melalui sinar-X. Pembungkus kapsul akan hancur dan melepaskan potongan-potongan plastik ke dalam usus kecil. Potongan-potongan ini kemudian akan melewati usus kecil dan anus.
Setelah 5 atau 7 hari, sinar-X dari perut akan diambil dan potongan-potongan plastik dalam berbagai bagian usus akan dihitung. Dari hasil perhitungan ini, kemudian akan ditentukan apakah ada dan dibagian mana terjadi penundaan di dalam usus.
Pada orang yang tidak mengalami konstipasi, semua potongan plastik akan dibuang melalui anus dan tidak ada yang tersisa di dalam usus.
Defecography
Defecography adalah modifikasi dari pengamatan barium enema. Untuk melakukan prosedur ini, barium dimasukkan ke dalam rectum pasien melalui anus. Sinar-X kemudian diambil saat pasien membuang barium.
Barium akan menggambarkan kondisi rectum dan anus serta menunjukkan perubahan yang terjadi pada otot pelvic floor selama proses buang air besar.
Karena itulah, defecography adalah pengamatan dari proses buang air besar dan memberikan informasi mengenai anatomi tidak normal dari rectum dan otot-otot pelvic floor.
- See more at: http://1001-diet.blogspot.com/2011/05/apa-yang-dimaksud-dengan-konstipasi.html#sthash.ohN4cB3J.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar