NAMA-NAMA
OBAT YANG TERMASUK GOLONGAN HIGH ALERT DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
1.
AMIODARONE HYDROCHLORIDE
a.
AMIODARONE HYDROCHLORIDE
Amiodarone HCl injeksi digunakan untuk
mengobati pasien dengan gangguan irama jantung atau biasa disebut “aritmia”.
b.
BENTUK SEDIAAN.
Ampul dilarutkan kedalam 250 ml Glucose 5% w/v, yang konsentrasinya0,6 mg/ml amiodarone Hydrochloride.
c. CARA PENGGUNAAN AMIODARONE YANG
AMAN DAN EFEKTIF.
1)
Dosis
Amiodarone HCl tidak boleh diberikan lebih dari 5 mg/kg BB.
2)
Saat
menginjeksi harus diberikan secara perlahan-lahan dalam waktu ± 3 menit.
3)
Dokter
harus menunggu ± 15 menit sebelum
memberikan injeksi obat yang lain.
4)
Pada
pemberian berulang atau pemberian dilanjutkan menyebabkan inflamasi pada vena
dan kerusakan pada kulit (panas, kemerahan) serta beberapa situasi sentral vena cateter di recomendasikan untuk
digunakan oleh dokter.
d.
EFEK SAMPING YANG
SERING TERJADI.
1)
Bradikardi
(denyut jantung lambat).
2)
Penurunan
tekanan darah (Hipotensi) dan Takikardi (denyut jantung cepat). Efek Samping ini terjadilebih serius jika diberikan terlalu
banyak dan terlalu cepat.
3)
Di
lokasi pemberian injeksi dapat terjadi :
a)
Rasa
nyeri.
b)
Kulit
memerah.
c)
Kerusakan
jaringan sekitar lokasi.
d)
Pembengkakan.
e)
inflamasi
dipembuluh darah.
f)
Infeksi.
e. EFEK SAMPING
YANG JARANG TERJADI
1)
Sakit
kepala.
2)
Bradikardi
yang parah.
3)
Gangguan
konduksi jantung.
4)
Rasa
terbakar.
5)
Kesulitan
bernafas.
6)
Kerusakan
paru.
7)
Fungsi
liver akut.
8)
Berkeringat.
9)
Anaphylaksis.
NB
:
Jika terjadi dan ada efek samping yang lain
(tidak tertera diatas) segera konsultasikan ke dokter atau petugas kesehatan
lainnya.
f.
· Makanan dan Minuman
|
Makanan dan Minuman
Buah
Jeruk atau Jus Jeruk.
Obat
lainnya.
1
|
Azithromycin
|
8
|
Phenytoin
|
2
|
B– bloker
|
9
|
Rifampicin
|
3
|
CCB
|
10
|
Salmeterol
|
4
|
Cimetidin
|
11
|
Tramadol
|
5
|
Cyprofloxacin
|
12
|
Vit-K
|
6
|
Codein
|
13
|
Tamoxifen
|
7
|
Lidocaine
|
14
|
Ranolazin
|
2.
CHLORAL HIDRATE
SYRUP
a.
CHOLAR
HYDRAT SYRUP
Chloral hydrate(Kloral hidrat) adalah hipnosis dan obat
penenang yang memperlambat aktivitas sistem saraf pusat. Kloral hidrat untuk
penggunaan jangka pendek sebagai obat penenang atau obat tidur. Hal ini juga
sering diberikan sebelum operasi untuk
membantu pasien untuk tenang. Kloral hidrate adalah hipnosis dan obat penenang yang
memperlambat aktivitas sistem saraf pusat.Kloral hidrate rektal digunakan untuk
mengobati masalah tidur (insomnia).
b. BAGAIMANA CARA PEMAKAIANNYA
Chloral hydrate diberikan secara oral dengan dosis antara lain:
1) Dosis Dewasa, biasa untuk Insomnia 500 mg
sampai 1 g 15 sampai 30 menit sebelum tidur. Dosis Dewasa biasa untuk Sedasi
250 mg 3 kali sehari setelah makan, atau 500 mg sampai 1 g 30 menit sebelum
operasi.
2) Dosis untuk anak anak, Oral , rektal. Hypnotic : 50 mg/ kg /dosis pada waktu tidur. Dosis maksimum : 1 g/ dosis. Jumlah maksimum : 1 g/ hari.
c.
EFEK
SAMPING
Penggunaan jangka panjang dari chloral hydrate syrup efek kecanduan efek
samping termasuk ruam, ketidaknyamanan lambung dan ginjal yang parah, jantung
dan gagal hati.Overdosis akut sering ditandai dengan mual, muntah, kebingungan,
kejang.
d. PENYIMPANAN.
1) Simpan pada tempat kedap udara.
2) Jauhkan dari kelembapan.
3) Hindari dari paparan sinar matahari langsung.
4) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
3.
DIGOXIN
a.
DIGOXSIN
Digoxin adalah obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis
lanata.Bunga
dari tumbuhan ini berbentuk seperti lonceng kecil dan warnanya berbeda menurut
species dari ungu, merah muda, putih atau kuning.Tumbuhan ini berasal dari Eropa, Asia bagian barat dan tengah.
b.
CARA PEMAKAIAN
Cara
pemberian Digoxin ada berbagai macam cara diantaranya:
1)
Secara
Peroral.
2)
Secara
Intravena.
Pemberian
secara intravena maksudnya adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit (suntikan).
c.
EFEK SAMPING
Biasanya berhubungan
dengan dosis yang berlebih, termasuk:
1)
Mual,
muntah.
2)
Diare.
3)
Nyeri
abdomen (perut).
4)
Gangguan
penglihatan.
5)
Sakit
kepala.
6)
Rasa
capek.
7)
Mengantuk.
d.
INTERAKSI OBAT
1)
Interaksi dengan makanan :Makanan
yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin menurunkan
absorpsi oral digoxin.
2) Interaksi dengan obat: kaolin-pektin (obat diare) dapat menurunkan penyerapan digoxin.
Pisahkan pemakaian digoxin 1,5-2 jam sebelum obat lain.Loperamida (obat diare)
dengan digoxin. Bila kedua obat ini digunakan secara bersamaan maka efek
digoxin dapat meningkat. Dengan memperlambat gerakan usus halus loperamida
menaikkan penyerapan digoxin oleh tubuh.
e.
PENYIMPANAN.
Simpan
obat ini dalam wadah aslinya, tertutup rapat, dan jauh dari jangkauan
anak-anak.Menyimpannya pada suhu kamar dan terhindar dari panas dan kelembaban
(bukan di kamar mandi).Membuang semua obat yang sudah rusak atau tidak
diperlukan lagi.Bicaralah dengan apoteker RS Roemani Anda tentang pembuangan obat Anda.
4.
EPINEPHRINE
a. EPINEPHRINE
Epinephrine adalah
obat yang digunakan untuk penyuntikan pembuluh darah dalam pengobatan
hipersensitivitas akut.
b. EPINEPHRINE INJEKSI DIGUNAKAN :
1)
Untuk
mengatasi anafilaksis akut pada keadaan darurat.
2)
Pada
penghambatan saluran pernafasan yang reversibel.
3)
Asma
bronkhial, edema angioneurotik, biduran/kaligata, glaukoma, serum sickness
(sakit karena alergi serum) dan syok alergik.
4)
Menghentikan
perdarahan bila digunakan pada permukaan kulit dan membran mukosa yang
berdarah.
5)
Menangani
terhentinya detak jantung pada kasus syok, anestesi/pembiusan, elektrokusi,
injeksi intrakardial memungkinkan untuk diberikan.
c. CARA PENGGUNAAN
Diinjeksikan secara intramuscular ke dalam jaringan otot pantat atau paha.Merupakan cara
pemberian obat yang paling efektif untuk penanganan pasien yang mengalami syok
anaphilaktik. Mula kerja obat cepat, karena absorbsi terjadi melalui celah
antar sel endothel kapiler tanpa mengalami vasokonstriksi jaringan sekitar.
d. INJEKSI EPINEPHRINE MELALUI RUTE :
1)
Intra vena (i.v) : Larutan yang
disuntikkan langsung ke dalam pembuluh
darah vena.
2)
Intra muscular (i.m): Larutan, suspense atau emulsi
yang disuntikkan diantara lapisan jaringan atau otot.
3)
Intra cutan (i.c) : Larutan atau suspense air
yang disuntikkan langsung ke dalam kulit dan biasanya digunakan untuk diagnose.
4)
Sub cutan (s.c) : Larutan yang disuntikkan langsung ke dalam jaringan bawah kulit
biasanya di lengan atas atau paha.
e. EFEK SAMPING
1)
Kardiovaskuler: Angina, aritmia jantung, nyeri dada,
flushing, hipertensi, peningkatan kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi,
kematian mendadak, takikardi (parenteral), vasokonstriksi, ektopi ventrikuler.
2)
SSP : Ansietas, pusing, sakit kepala, insomnia.
3)
Gastrointestinal : tenggorokan kering, mual, muntah, xerostomia.
4)
Genitourinari: Retensi urin akut pada pasien dengan
gangguan aliran kandung kemih.
f. EPINEPHRINE INJEKSI DAPAT BERINTERAKSI DENGAN MAKANAN
Jawabnya YA, karena
akan lebih banyak melepaskan epinefrin sehingga dapat menyebabkan terjadinya
krisis hipertensi, contohnya makanan yang mengandung tiramin seperti keju,
jeroan, minuman anggur, bir, yogurt, krim asam/pisang.
g. EPINEPHRINE INJEKSI DAPAT BERINTERAKSI DENGAN OBAT LAIN
Jawabnya YA, Karena
epinefrin merupakan obat simpatomimetik dengan aksi agonis pada reseptor alfa
maupun beta, harus digunakan hati-hati bersama obat simpatomimetik lain karena
kemungkinan efek farmakodinamik yang aditif, yang kemungkinan tidak diinginkan.
Juga hati-hati digunakan pada pasien yang menerima obat-obat seperti:
albuterol, dobutamin, dopamin, isoproterenol, metaproterenol, norepinefrin,
fenilefrin, pseudoefedrin, ritodrin, salmeterol dan terbutalin.
h. CARA MENYIMPANEPINEPHRINE
INJEKSI
Epinephrine peka
terhadap udara dan cahaya. Oksidasi akan mengubah warna larutan menjadi merah
jambu kemudian coklat hingga kehitaman. Jangan digunakan bila terjadi perubahan warna atau
terdapat endapan. Simpan dalam ruangan ber-AC terhindar dari cahaya langsung (suhu dibawah 25 oC),
dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya dan kelembaban.
A. HEPARIN
Heparin adalah suatu anticoagulant (obatpengencerdarah)
yang digunakan untuk mencegah pembentukan gumpalan darah, juga digunakan
sebelum dilakukannya operasi untukmengurangi resiko terjadinya gumpalan darah.
Heparin bekerja dengan cara menutup reaksi dalam tubuh yang mengarah pada
terbentuknya gumpalan darah.
B. PENGGUNAAN YANG EFEKTIF & AMAN:
Cara penyuntikan:
1)
Tentukan
lokasi penyuntikkan 1/3 atas lengan atas, 1/3 atas paha atas.
2) Lakukan tindakan
aseptic/antiseptik.
3) Angkat kulit sedikit
dengan cubitan, ringan oleh tangan kiri
4) Tusukkan jarum pada
lokasi jarum mengarah keatas sudut suntikkan 45°.
5) Suntikkan obat
perlahan-lahan
6)
Tindihkan
kapas alkohol pada lokasi suntikkan,cabut jarum lalu pijat lokasi suntikkan
dengan kapas alkohol.
7) Direkomendasikan
untuk melakukan pengawasan jumlah platelet secara berkala selama pengobatan
dilakukan.
C. INTERAKSI
1) DenganObat:
Risiko pendarahan
berhubungan dengan heparin dapat ditingkatkan dengan antikoagulan oral
(warfarin), trombolitik, dekstran dan obat yang mempengaruhi fungsi platelet
(misalnya aspirin, obat anti inflamasi non steroid, dipiridamo, tiklopidin,
klopidogrel.Nitrogliserin iv mungkin menurunkan efek anti koagulan heparin.
2) Dengan Makanan:
Teh hijau, bawang
putih, gingko karena akan menambah aktivitas anti platelet.
D. PENANGANAN
Bila sedang
menggunakan anti coagulan dan memang perlu menggunakanobat-obat yang
menyebabkan interaksi, sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap kadaranti
coagulan di dalam darahnya, hingga dosisnya dapat disesuaikan seperlunya.Dan
apabila terjadi reaksi yang tidak diinginkan laporkan ke farmasi atau apoteker RS Roemani, hentikan pemberian obat dan segera hubungi
dokter untuk tindakan selanjutnya.
E. EFEK SAMPING OBAT
Perdarahan,
Trombositopenia, Nekrosiskulit, Reaksi hipersensitivitas (urtikari,
anafilaksis), osteoforosis dan alopecia (kebotakan) untuk penggunaan jangka
waktu lama.
F. PERINGATAN
1)
Harus
hati-hati pada penderita dengan riwayat alergi, harus dilakukan tes pendahuluan
dengan dosis tidak melebihi 100 IU.
2)
Jangan
suntik intramuskulus, berisiko iritasi, pendarahan lokal dan hematoma, sedang absorpsi
tidak dapat diandalkan. Harus dilakukan
pemeriksaan masa pembekuan darah dan jumlah trombosit.
3)
Ada
resiko perdarahan spontan selama pengobatan pada usia lanjut, penderita
insufisiensi ginjal, jantung.
4)
Hentikan
heparin bila pada minggu kedua jumlah trombosit menurun diakibatkan peningkatan
fibrinogenesis intravaskular.
5) Penyimpanan: Jauhkan
dari jangkauan anak dan pada suhu tidak lebih dari 25ÂșC.
6. INSULIN
a.
PENGGUNAAN
INSULIN SECARA SUB KUTAN DAN INTRAVENA SECARA TEPAT.
1) Subkutan : menyuntikkan di area yang memiliki lapisan
lemak antara kulit dan otot. Pasien bisa menyuntikkan sendiri insulin tanpa
bantuan tenaga medis.
2) Intravena : menyuntikkan langsung ke pembuluh darah
vena. Insulin yang diinjeksikan intra vena biasanya diberikan di klinik atau
rumah sakit dengan bantuan tenaga medis.
Setelah disuntikan,
insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini
insulin akan bekerja menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah
glukosa menjadi energi.
b. CARA PEMBERIAN
INSULIN:
1)
Insulin kerja cepat;
a) Bisa diberikan secara IV, IM dan SC.
b) Infus (AA/Glukosa/elektrolit)
c) Jangan bersama darah (bisa merusak insulin)
2)
Insulin kerja menengah / panjang:
a)
Jangan melalui IV (bahaya emboli)
b)
Secara sliding scale dimaksudkan agar
pemberiannya lebih efisien dan tepat karena didasarkan pada kadar gula darah
pasien saat itu.
c. DAERAH MANA SAJA YANG DAPAT DIJADIKAN TEMPAT
MENYUNTIKKANINSULIN
1) Bila
kadarglukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikkan di daerah perut dimana penyerapan
akan lebih cepat.
2) Bila
kondisi kadar glukosa pada darah rendah, hindarilah penyuntikkan
pada daerah perut.
3) Secara
urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah dari perut, lengan atas dan
paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikkan
digerak-gerakkan.
4) Penyuntikkan
insulin pada satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi penyerapan.
5) Penyuntikkan
insulin selalu di daerah yang sama dapat merangsang terjadinya perlemakan dan
menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah suntikkan sebaiknya berjarak
1inchi (+ 2,5cm) dari daerah sebelumnya.
6) Lakukanlah
rotasi di dalam satu daerah selama satu minggu, lalu baru pindah ke daerah yang
lain.
d. EFEK SAMPING TERAPI INSULIN
Efek samping
penggunaan insulin, diantaranya adalah:
1)
Hipoglikemia yaitu komplikasi yang paling berbahaya dan
dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan
jumlah insulin.
2)
Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat
suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi
imun.
3)
Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di
tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang
memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di
tempat tersebut.
4)
Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada
reaksi sistemik terutama
pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan
indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan
berlangsung.
5)
Infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang
baik, penggunaan antiseptiK yang menimbulkan sensitisasi reaksi ini akan hilang
secara spontan.
e. INSULIN BERINTERAKSI DENGAN OBATLAIN
Beberapa
hormon melawan efek hipoglikemia insulin misalnya hormon pertumbuhan,
kortikosteroid, glukokortikoid, tiroid, estrogen, progestin, dan
glukagon.Adrenalin menghambat sekresi insulin dan merangsang
glikogenolisis.Peningkatan hormon-hormon ini perlu diperhitungkan dalam
pengobatan insulin.Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis insulin perlu
disesuaikan bila obat ini ditambahkan / dihilangkan dalam pengobatan. Beberapa
antibiotik (misalnya kloramfenikol, tetrasiklin), salisilat dan fenilbutason
meningkatkan kadar insulin dalam plasma dan mungkin memperlihatkan efek hipoglikemik.
Hipoglikemia cenderung terjadi pada penderita yang mendapat penghambat
adrenoseptor Ă, obat ini juga mengaburkan takikardi akibat hipoglikemia.
7. KCL 7.46%
a.
CARA KERJA OBAT
1) Mengkoreksi kadar ion Potassium dan Chloride dalam
darah.
2) Potassium adalah salah satu ion essensial tubuh dan
merupakan kation utama dari cairan intraseluler, berpengaruh dalam fungisi sel
dan metabolisme.
3) Essensial untuk metabolisme karbohidrat, penyimpanan
glycogen dan untuk sintesa protein.
4) Berpengaruh pada transmembran potensial pada
otot-otot termasuk otot jantung.
b.
INDIKASI
Mengkoreksi hipokalemia.
c.
DOSIS
Larutan injeksi harus diencerkan
lebih dahulu sampai kira-kira 0.3% dan diberikan parenteral menurut
kebutuhan.Dosis lazim parenteral adalah sejumlah ekivalen dengan 1 sampai 3 g
potassium chloride.
d.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
1) Larutan injesi 7.46% KCL ini tidak boleh digunakan
tanpa pengenceran terlebih dahulu.
2) Penyuntikan harus diberikan secara berhati-hati,
oleh karena takaran ideal perhari tidak diketahui secar pasti.
3) Dosis berlebihan dapat menyebabkan intoksiksi
potassium.
4) Kadar potassium plasma yang tinggi dapat
mengakibatkan kematian oleh karena depresi jantung aritmia atau payah jantung.
5) Larutan injeksi ini jangan digunakan bila: tidak
jernih, wadah adan tutup rusak.
e.
KONTRA INDIKASI
1) Kerusakan ginjal dan oliguira, anuria atau azotemia.
2) Untreated Addison’n disease.
3) Dehidrasi akut.
4) Heat cramps.
5) Hipercalemia.
6) Adynamia episodica hereditaria.
8.
KETAMIN INTRAVENA
a. KETAMINE
Memiliki
efek pembiusan pada pembedahan dan induksi anastesi sebelum pemberian anastesi
lain dan menjaga jalan napas.Onset/ Efek obat muncul: 30
detik(intravena)Durasi/lama nya efek obat: 5-10 menit. Puncak konsentrasi
plasma : 0,75 pg/Ml. Metabolisme pada hati. Ekskresi : urin (91%).
1) DOSISDEWASA.
Induksi
anastesi
1-4,5
mg/kg BB (IV bolus pelan)
1-2 mg/kg
BB dengan kecepatan infus 0,5ml/kg/menit
Pemeliharaan
: 0,1-0,5 mg/menit
2) DOSIS ANAK.
Induksi
anastesi: 0,25-0,5 mg.kg BB
Efek
Sedasi: 5-20 mcg/kg/menit
dititrasi
hingga level sedasi
b.
ATURAN PAKAI :
Disuntikkan ke intravena atauintramuscular.
c.
EFEK SAMPING OBAT
Depresi pernafasan, aritmia,hypotensi,bradicardi, gangguan
saluran cerna, gangguan syaraf.
d.
KONTRA
INDIKASI:
Hypersensitifitas ketamin, hypertensi eklamsia atau
pre-eklamsia, penyakit jantung koroner dan kelainan pembuluh darah
otak.Pemberian tidak dicampur dengan diazepam/barbiturate, monitoring jantung.
e.
PENYIMPANAN:
Suhu kamar 15-30ÂșC, wadah kedap udara disimpan ditempat
terlindung dari cahaya.
9.
LIDOCAIN
a.
LIDOCAIN
Lidocain
(xilokain) adalah anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topikal dan suntikan.Lidocain mudah diserap dari tempat suntikan, dan
dapat melewati sawar darah otak.
b.
INDIKASI
LIDOKAIN
Larutan
lidocain 0,5% digunakan untuk anestesia infiltrasi, sedangkan larutan 1-2%
untuk anestesia blok dan topikal.
c.
KONTRA
INDIKASI
Hipersensitif
terhadap lidocain atau hipersensitif anestesi lokal golongan amida; (kecuali
pasien dengan pacu jantung artifisial yang berfungsi); injeksi campuran yang
mengandung dextrose dari jagung.
d.
INTERAKSI OBAT
Peningkatan
efek/toksisitas: efek/level lidokain dapat meningkat oleh amfetamin, amiodaron,
antijamur azol, betabloker, klorpromazin, klaritromisin, delavirdin,
diklofenak, doksisiklin, eritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniazid,
mikonazol.
e. EFEK SAMPING
Efek
samping lidocain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma.
f. CARA PENYIMPANAN
Injeksi
lidocain stabil pada suhu ruang.Stabilitas campuran parenteral pada suhu ruang
(25ÂșC)
adalah masa kadaluwarsa yang tertera pada wadah sebelum dicampur.Bila telah
dibuka kestabilan hilang setelah 30 hari, untuk pembuangan laporkan kepada instalasi farmasi RS Roemani.
10. MgSO4 INJEKSI (40%)
a.
INDIKASI MgSO4 INJEKSI.
MgSO4injeksi adalah injeksi untuk mencegah kontraksi
prematur dalam kehamilan dan mengobati serangan jantung dan asma.
b. PENGGUNAAN
YANG EFEKTIF DAN AMAN
1)
Berikan
dosis 4-6 g MgSO4 40% (10-15 ml) yang diencerkan dalam 100 ml cairan IV dan
diberikan dalam 15-20 menit.
2)
Mulai
dengan dosis 2 g/ jam dalam 100 ml cairan IV.
3)
Ukur
kadar MgSO4 4-6 jam setelahnya dan disesuaikan kecepatan infus untuk
mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEq/ L.
4)
MgSO4
diberikan setelah bayi lahir.
c. EFEK SAMPING.
Mual, muntah, terasa haus, darah rendah (hipotensi) dan
mengantuk.
d. KONTRA
INDIKASI.
Hipermagnesemia(kelebihan magnesium), hipokalemia
(kekurangan kalium), anuria (susah buang air kecil).
e. INTERAKSI.
MgSO4 injeksi bila diberikan bersama dengan golongan
barbiturat, opiat dan anestesi umum menambah efek depresan syaraf pusat.
f. PENYIMPANAN.
Injeksi MgSO4 harus disimpan pada
temperatur kurang dari 40°C, sebaiknya
pada temperatur diantara 15°-30°, dan hindari pembekuan.MgSO4 injeksi akan
berubah menjadi monohidrat bila dipanaskan pada temperatur antara 150°-160°C.
11.
MIDAZOLAM
a. MIDAZOLAM
Midazolam
adalah obat golongan Benzodiazepine yang memiliki efek diantaranya ansiolisis,
sedasi, anti konvulsi.Golongan ini banyak digunakan dalam praktik
klinik.Memiliki keunggulan yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi
penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi
obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom di hati.Penggunaannya semakin
meningkat pramedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien dalam monitoring
anestesi.
b. DOSIS DAN PENGGUNAAN.
1) Intra Muskular
0,1-0,15 mg/kg 30-60
menit sebelum prosedur atau pembedahan; dosis ditingkatkan 0,5 mg/kg pada
pasien yang lebih sadar/cemas, maksimum dosis total 10 mg. IV: Bayi<6 bulan
mempunyai resiko obtruksi pernafasan dan hipoventilasi; informasi terbatas dan
dosis yang direkomendasikan tidak jelas; titrasi dosis dengan peningkatan
minimal sampai efek yang diinginkan, monitor dengan ketat. Bayi>6 bulan-
anak 5 tahun: awal: 0,05-0,1 mg/kg, titrasi hati-hati; dosis total 0,6 mg/kg;
dosis total maksimum: 6 mg. anak 6-12 tahun: dosis seperti dewasa, maksimum
total dosis, 10 mg. Sedasi dengan kesadaran selama ventilasi mekanik: anak:
loading dose: 0,05-0,1 mg/kg, diikuti dengan infus awal:0,06-0,12 mg/kg/jam
(1-2mcg/kg/menit); titrasi sampai efek yang diinginkan; kisaran umum: 0,4-6
mcg/kg/menit. Dewasa: sedasi preoperasi: im.: 0,07-0,08 mg/kg 30-60 menit
sebelum operasi/prosedur; dosis lazim 5mg. Turunkan dosis pada pasien dengan
risiko tinggi, COPD,umur ≥60 tahun dan yang menerima narkotik atau obat penekan
SSP lainnya.
2) Intra Vena
0,02-0,4 mg/kg;
ulangi setiap 5 menit sesuai kebutuhan atau naikkan sampai 0,1-0,2 mg/kg.
Sedasi sadar: IV: awal: 0,5-2 mg secara lambat selama paling tidak 2 menit;
titrasi perlahan sampai efek yang diinginkan dengan mengulangi dosis setiap 2-3
menit. Dosis total lazim: 2,5-5 mg, gunakan dosis lebih kecil pada orang tua.
Dewasa sehat <60 tahun: beberapa pasien memberikan respons terhadap dosis 1
mg; berikan tidak lebih dari 2,5mg selama 2 menit. Dosis tambahan dapat
diberikan setelah 2 menit setiap peningkatan dosis .total dosis >5 mg
umumnya tidak dibutuhkan .Anestesia: IV: Induksi: pasien tanpa premedikasi:
0,3-0,35 mg/kg , sampai 0,6 m/kg pada pasien yang resisten. Premedikasi pasien: 0,15-0,35 mg/kg
Pemeliharaan: 0,05-0,3 mg/kg atau infuse 0,25-1,5 mcg/kg/menit.
Sedasi pada pasien
dengan ventilasi mekanik: IV: infus: 100 mg dalam 250 ml NCl fisiologis/5%
dekstrosa, bila pasien harus membatasi asupan air dapat dipekatkan maksimum
sampai 0,5 mg/ml. Dosis awal 0,02-0,08 mg/kg (sampai 1 mg-5 mg pada pasien 70
kg), ulangi dengan interval 5-15 menit sampai sedasi yang yang diharapkan
dicapai atau infus dengan kecepatan 0,04-0,2 mg/kg/jam dan titrasi untuk
mencapai efek yang diinginkan.
c. KONTRA INDIKASI
Hipersensitif
terhadap midazolam atau komponen lain dalam formula, termasuk benzilalkohol
(sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain); bentuk sediaan parenteral
tidak boleh digunakan untuk intratekal atau epiderual; glaukoma sudut sempit,
penggunaan bersamaan dengan inhibitor kuat CYP3A4 (amprenavir, atazanavir,
ritonavir); kehamilan.
d. INTERAKSI
OBAT
Hindari
penggunaan bersama antijamur azol,
klaritromisin, diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid,
nefazodon, nikardipin, propofol, protease inhibitor, kunidin, telitromisin, dan
verapamil, aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital,
fenitoin, dan rifamisin.
Interaksi makanan
1) Hindari Alkohol
2)
Jeruk
Bali.
3)
Herbal
(St.Johns wort, valerian, kava-kava, gotu kola)
12.
NaCL 3% INFUS
a.
NaCl 3 %
NaCl 3 % (nama lain : Natrium Kloridaatau Sodium Klorida
3 %) Infus 500 ml
yaitu:
1)
Cairan yang steril dan bebasmikroba/zat-zat asing
(nonpyrogenic).
2)
Dalam 500 ml mengandung NaCl30g/L dengan komposisi:
a)
Natrium : 513 mEq/L
b)
Klorida : 513 mEq/L
c)
Osmolaritas : 1027 mOsmol/L
d)
pH 5 (4,5-7)
3)
Cara Kerja: meningkatkan kadarnatrium dalam darah.
b.
MANFAAT
1)
Sebagai salah satu terapicairan elektrolit yangberguna
untuk mengaturkeseimbangan elektrolitdalam tubuh.
2)
Khususnya untuk terapicairan pasien yangmengalami
Hiponatremia.Hiponatremia yaitukekurangan kadarNatrium dalam darah(Kadar
Natrium<120mmol/L).
c.
PENGGUNAAN
Melalui pembuluh darah vena.
d.
DOSIS
Dosis 30 – 100 ml per jam selama12– 24 jam (tergantung
kebutuhanpasien).
e. EFEK SAMPING.
1) Demam.
2) Infeksi.
3) Tekanan darah menjadirendah (Hipotensi)
4) Kelebihan Natrium(Hipernatremia)
5) Kelebihan Klorida(Hiperkloremia)
6) Kelebihan Osmolaritas(Hiperosmolaritas)
Biasanya
efek samping di atasterjadi dengan gejala :
1) Pusing.
2) Lemas.
3)
Letih.
f.
INTERAKSI DENGAN OBAT LAINNYA
Ada, yaitu:
1)
Obat-obat Kortikosteroid(Dexamethason,MethylPrednisolon,
Prednison, Prednisolon).
2) Vitamin B Kompleks.
13.
NaCl
3% INJEKSI HIPERTONIK
a. MACAM-MACAM NACL INJEKSI HIPERTONIK
1) Injeksi Nacl 3%
a)
Konsentrasi elektrolit =513 mEq/L.
b)
Osmolaritas larutan = 1030 mOsmol/L
c)
Konsentrasi elektrolit.
d)
Natrium 513 =Klorida 513.
2) Injeksi Nacl 5%
1)
Konsentrasi elektrolit = 83,3 mEq/L.
2)
Osmolaritas larutan = 1170 mOsmol/L.
3)
Konsentrasi elektrolit.
4) Natrium 856 Klorida 856
Sediaan untuk injeksi
diharuskan steril, bebas pirogen, dan tidak mengandung bahan yang bersifat
bakteriostatik dan antimikroba.
b. INDIKASI PEMAKAIAN
1) HYPONATREMIA (Pasien kekurangan natrium)
2) TERAPI RESUSITASI (Terapi penggantian cairan yang hilang dalam kondisi
emergency)
3) BRAIN INJURY (Pasien yang mengalami kerusakan otak)
4) HYPOCHLOREMIA (Pasien kekurangan klorida)
c. KONTRA INDIKASI :
1) Pasien gagal ginjal.
2) Pasien jantung.
3) Pasien dehidrasi.
4) Pasien yang mengalami pembengkakan.
d. CARA PEMBERIAN: Injeksi intravena
e. DOSIS PEMBERIAN
1).
Dihitung berdasarkan usia,
berat badan, kondisi klinis dan data laboratorium pasien
2). Pemberian nacl injeksi hipertonik tidak boleh melebihi 100ml/jam atau
400ml/24jam dari larutan yang sudah di encerkan.
f.
EFEK SAMPING PEMBERIAN
1). Demam.
2). Infeksi ditempat penyuntikan.
3). Terjadi pendarahan ditempat penyuntikan.
4). Timbul bengkak akibat kelebihan cairan.
5). Terasa nyeri, bengkak dan kemerahan ditempat suntikan.
g.
PENGATASAN EFEK SAMPING
1). Atur tetesan infuse,jangan terlalu cepat.
2). Pilihlah pembuluh darah vena yang besar sebagai tempat penyuntikan.
3). Pilih jarum yang kecil.
4).
Kompres tempat penyuntikan dengan air dingin (bila perlu)
h. INTERAKSI OBAT
Hati-Hati penggunaan bersama obat kortikosteroid seperti
dexamethasone, methylprednisolon.
i. PENYIMPANAN
Simpan ditempat yang sejuk dan
kering terhindar dari sinar matahari langsung.
14.
OBAT
ORAL ANTIDIABETIKUM
a. DIABETES MELITUS
Diabetes Melitus (DM) didefinisikan
sebagai suatu penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan
protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
b.
OBAT HYPOGLIKEMI ORAL
1)
Golongan meglitinida
a) Repaglinide, diberikan 15-30 menit sebelum makan.
b) Nateglinide, diberikan 30 menit sebelum makan.
c) Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hypoglikemia, gejala flu, pusing.
2)
Golongan sulfonylurea
a)
Glimeripid, diberikan sebelum makan utama pertama.
b)
Gliclazide, diberikan segera sebelum makan.
c)
Gliquedone,diberikan sebelum makan.
d)
Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hypoglikemia, mual muntah, gangguan GI, reaksi ruam pada kulit.
3)
Golongan biguanide
a)
Metformin, diberikan bersama makan.
b)
Penghambat alfa glucosidase.
c)
Acarbose, diberikan bersama suapan pertama makanan
utama.
d)
Efek samping yang mungkin terjadi adalah perut
kembung, diare.
4)
Golongan tiazolidindion
a)
Rosiglitazon, diberikan bersama makan pertama.
b)
Pioglitazon, diberikan bersama makan pertama.
c)
Efek samping yang mungkin terjadi adalah edema
ringan, anemia ringan
c. PENTING !
1) Jika anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas,
gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi
gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat) segera hubungi dokter.
2) Jika anda sudah pernah mengalami hipoglikemia, selalu bawa sekantung kecil
gula atau permen manis saat anda bepergian. Segera makan gula atau permen
tersebut begitu anda mendapat serangan hipoglikemia.
3) Jangan konsumsi obat lain tanpa seijin dokter atau apoteker.
4) Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh.
5) Obat ini hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya
adalah pengendalian diet (pola makan) dan olah raga.
6) Rutin memonitor kadar glukosa darah.
d. HIPOGLIKEMIK
1)
Hipoglikemik
Hipoglikemik adalah suatu
keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah.
2)
Hipoglikemik Bisa Terjadi
Insulin maupun obat hipoglikemik per-oralterlalu
banyak bisa menurunkan kadar gula darah secara ekstrim.Hipoglikemikjuga bisa
terjadi jika penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya atau
melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa makan.
3)
Gejala Hipogllikemik
1)
Perubahan mood
2)
Gemetar.
3)
Pucat.
4)
Berkeringat.
5)
Pusing.
6)
Penglihatan kabur.
7)
Sakit kepala.
e.
PENCEGAHAN
HIPOGLIKEMIK
Seseorang yang sering mengalami
hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet
glukosa karena efeknya cepat timbul.Baik penderita diabetes maupun bukan,
sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat
yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
f. CARA MENGATASI HIPOGLIKEMIK
1) Mengkonsumsi gula dalam bentuk permen atau tablet.
2) Minum jus.
3) Minum air gula atau segelas susu.
15.
OBAT
SITOSTATIKA
a. SITOSTATIKA
Obat sitostatika
yaitu zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat sel-sel maligne.
b.
PENGGUNAAN
SITOSTATIKA
1).
Sebagai
neoadjuvan.
Pemberian kemoterapi
mendahului pembedahan dan radiasi.
2).
Sebagai
terapi kombinasi.
Kemoterapi diberikan
bersamaan dengan radiasi pada kasus karsinoma stadium lanjut.
3).
Sebagai
terapi adjuvant.
Sebagai terapi
tambahan paska pembedahan dan atau radiasi.
4).
Sebagai
terapi utama.
Digunakan tanpa
radiasi dan pembedahan terutama pada kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker
jenis hematologi (leukemia dan limfoma).
c.
INTERAKSI
1). Asam
folat dapat menurunkan respon terapi MTX.
2). MTX
diberikan bersama trimetropin /sulfametoksasol terjadi peningkatan ES supresi
sumsum tulang.
3). Propanolol
dapat meningkatkan cardiotoxicity dari doksorubisin.
4). Doksorubisin
dapat meningkatkan konsentrasi penyesuaian dosis asam urat darah dan agen
antigout (allopurinol, kolkisin).
5). Vinkristin
dengan Alopurinol meningkatkan efek sitotoksis.
d.
EFEK
SAMPING
1).
Rambut
rontok/ menipis.
Kejadian ini bersifat
sementara, rambut akan tumbuh kembali jika obat dihentikan.
2).
Mual/
muntah.
Tetap
diberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
3).
Sembelit.
Berikan makanan
berserat tinggi, misal sayuran dan buah buahan.minum banyak.
4).
Diare.
Hindari makanan
pedas/asam.beri minum banyak dan makanan yang lunak.
5).
Stomatitis
/ sariawan / gomen
Pelihara kebersihan
mulut.gunakan sikat gigi yang lembut.
6). Penurunan
daya tahan tubuh
Hindari sumber-sumber
infeksi dengan menjauhkan anak dari serangan flu, sakit tenggorokan, cacar air,
sakit kulit dll.pelihara kebersihan badan.
7).
Perubahan
kulit seperti kering, gatal.
Jaga kebersihan
kulit.gunakan pelembab yang tidak mengandung alcohol.pakai baju yang longgar.
e. INFORMASI YANG DIBERIKAN KE PASIEN
1).
Pasien
diharuskan kemoterapi secara rutin.
2).
Pasien
diberikan informasi tentang efek samping obat yang mungkin terjadi setelah
mengikuti proses kemoterapi (misal: mual, muntah, diare, rambut rontok, dll)
3).
Faktor
kepatuhan pasien dalam menjalani proses pengobatan juga sangat menentukan
kesembuhan.
4).
Tempat
penyiapan obat sitostatika oral letaknya harus terpisah dengan obat-obatan oral
lainnya, untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
5).
Sendok
obat yang digunakan untuk mengambil obat sitostatika tidak boleh digunakan
untuk mengambil obat lainnya.
6).
Sebelum
dan sesudah menyiapkan obat sitostatika oral, wajib mencuci tangan dibawah air
mengalir. Sebaiknya tangan tidak menyentuh langsung obat sitostatika,
dikarenakan sebagian besar obat sitostatika bersifat korosif yang berbahaya
jika tangan menyentuh langsung.
16. PROFOLOL INJEKSI
a.
PROPOFOL
INJEKSI
Propofol
adalah Obat anestesi intravena yang sering digunakan saat ini.
b.
KEGUNAAN PROPOFOL INJEKSI
Untuk Induksi dan pemeliharaan anestesi umum, sedasi untuk
pasien yang menerima perawatan intensif.
Nama dagang : Diprivan, Fressofol MCT/LCT 1%, Proanes,
Recofol, Safol, Trivam
c. PENGGUNAAN SECARA AMAN DAN EFEKTIF
Propofol
injeksi diberikan secara iv dan per infuse. Dosis dewasa induksi pasien
dengan/tanpa premedikasi titrasi 40 mg/10 dtk s/d gejala klinis memperlihatkan
mulai bekerjanya anatesi. Dewasa < 55 tahun 1,5-2,5mg/kgBB. Pemeliharaan anestesi 4-12 mg/kgBB/jam dengan infus.
Sedatif dalam perawatan intensif 0.3-4mg/kg/BB/jam.
d. EFEK SAMPING YANG TERJADI DALAM
PENGGUNAAN PROPOFOL INJEKSI
1. Depresi system kardiovaskular (hipotensi, bradikardi)
2. Tromboplebhitis (Peradangan dan pembekuaan darah didalam suatu vena).
3. Nyeri saat injeksi.
4. Myklonus.
5. Sesak nafas (apnea)
6. Mual Muntah.
7. Nyeri kepala.
e. KONTRA INDIKASI :
· Wanita yang sedang hamil/merencanakan kehamilan.
· Ibu menyusui.
· Hipersensitifitas pada makanan atau obat tertentu.
· Anak kurang dari 3 tahun.
f. INTERAKSI YANG TERJADI JIKA DIPAKAI DENGAN OBAT LAIN SECARABERSAMA
Dengan
obat anestesi lain meningkatkan efek anestesi dan dengan obat yang menekan
system syaraf pusat.
g.
PERINGATAN
!
Gangguan fungsi jantung, pernafasan, hati, ginjal.Hepovolemia
atau pasien lemah.Gangguan metabolisme lemak harus menjadi perhatian. Monitor
lemak darah pada pasien yang beresiko. Hindari pada kehamilan, karena bisa
mengakibatkan terminasi pada trisemester I. Kemampuan mengemudi dan
mengoperasikan mesin berkurang.Jangan untuk anestesi obstetric.Resiko kejang
bila diberikan pada pasien epilepsy.Monitor tanda hipotensi, obstruksi saluran
nafas, desaturasi oksigen.
h.
PENGGUNAAN
PROPOFOL INJEKSI
1)
Injeksi
atau penggunaan propofol harus dibawah pengawasan professional. Jadi suntikan
propofol hanya bisa dilakukan di rumah sakit, klinik atau praktek dokter.
2)
Jangan
gunakan propofol jika didalam botolnya terdapat partikel, keruh, cairan
berubahwarna atau segelnya rusak.
3)
Jika
anda telah diinjeksi propofol dalam waktu yang sudah cukup lama, biasanya
dokter akan memberikan suplemen.
4)
Jangan
pernah menambah dosis propofol dari yang telah dianjurkan atau disarankan
dokter.
i.
CARA
MENYIMPAN SEDIAAN PROPOFOL INJEKSI DENGAN BENAR
Injeksi propofol sebaiknya disimpan pada suhu 40
– 220C, jangan simpan di frizer, dan hindarkan dari cahaya. Jika
dipindahkan ke syringe sebelum diberikan, gunakan selama 6 jam. Tetapi jika
digunakan langsung dari vial/ prefilled syringe gunakan selama 12 jam.
Kocok dulu sebelum digunakan.
17. ROKURONIUM INTRAVENA
a.
ROKURONIUM BROMIDA
ROKURONIUM BROMIDAmerupakan
obat pelumpuh otot golongan non depolarisasi turunan aminosteroidal, dengan
efek utama pada post junctional dan selektivitas yang tinggi pada
reseptor neuromusculejunction.Untuk operasi, digunakan 3 kombinasi,
yaitu Narkosis (kehilangan kesadaran), analgesia (mengurangi rasa sakit) dan
relaksasi otot yang dikenal dengan “The triad of anesthesia” obat
pelumpuh otot bukan merupakan obat anastesi, tetapi membantu pelaksanaan anestesi
umum, antara lain memudahkan tindakan laringoskopi dan intubasi trakea serta
memberikan relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan.
b. EFEK SAMPING
Sebagian
besar pasien yang disuntikkan rokuronium secara intravena, mengeluh rasa sakit
atau nyeri terbakar di lengan sehingga terjadi penarikan tangan atau fleksi.
c. PENGATASAN ESO
Tramadol
50 mg secara intravena terbukti dapat mengurangi nyeri yang terjadi karena
penyuntikkan rocuronium.
d. INTERAKSI OBAT
Interaksi Obat
Amikasin, clindamicin, gentamicin, lincomycin, netilmicin, piperacilin, tobramycin: meningkatkan efek muscle relaxant. Colistimethate: Colistimethate dapat mengikat neuromuscular.
e.
DOSIS ROCURONIUM
Tracheal intubation: 0,6 mg/kg; Rapid sequence intubation: 0,6-1,2
mg/kg; Continous infusion: 10-12 mcg/kg/min.
18.
ANTI TROMBOTIK
a. ANTI TROMBOTIK
Penggunaan obat anti trombotik bertujuan mempengaruhi proses trombosis atau
mempengaruhi pembentukan bekuan darah (clot) intravaskular, yang melibatkan
platelet dan fibrin. Obat anti platelet bekerja mencegah perlekatan (adesi)
platelet dengan dinding pembuluh darah yang cedera atau dengan platelet
lainnya, yang merupakan langkah awal terbentuknya trombus. Obat anti koagulan
mencegah pembentukan fibrin yang merupakan bahan esensial untuk pembentukan
trombus. Obat trombolitik mempercepat degradasi fibrin dan fibrinogen oleh
plasmin sehingga membantu larutnya bekuan darah.
b. CARA MENGGUNAKAN ANTI TROMBOTIK SECARA
AMAN DAN EFISIEN.
1)
Melibatkan pasien dalam
pemilihan terapi.
2) Mengkaji manfaat terapi.
3) Mengkaji obat benar-benar diperlukan.
4) Meninjau efektifitas terapi.
5) Menentukan kapan terapi dihentikan.
6) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurang terapi.
7) Melakukan terapi sesuai dengan guideline dan formularium.
8) Monitoring efek samping obat.
9) Melakukan komunikasi yang baik antara dokter, farmasis, dan pasien,
10) Memberikan informasi obat pada pasien.
c. EFEK SAMPING
1) Pendarahan organ dan
jaringan.
2) Mual dan muntah.
3) Syok Anafilaksis.
4) Sakit Kepala.
5) Urtikaria.
d. PENANGANAN INTERAKSI
OBAT.
1) Mengubah waktu pemberian (obat tidak diberikan bersamaan)
2) Mengubah dosis.
3) Melakukan pemantauan terapetik obat, mengukur kadar obat dalam tubuh saat
terjadi interaksi.
4) Melakukan pemantauan efek samping.
5) Menghentikan sementara salah satu obat.
6) Mengubah obat dengan obat yang berbeda di kelas yang sama yang tidak
berinteraksi atau interaksinya tidak signifikan.
19.
Heparin
IV
a. HEPARIN
Heparin merupakan bahan alami yang diisolasi dari mukosa
intestinum porcine atau dari paru-paru sapi. Obat bekerja sebagai anti koagulan
dengan mempotensiasi kerja anti trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang berafinitas
lebih besar dari AT-III sendiri, terhadap beberapa faktor pembekuan darah,
termasuk trombin, faktor IIa, IXa, Xa, XIa,dan XIla. Oleh karena itu heparin
mempercepat inaktifasi faktor pembekuan darah.
b.
FARMAKOKINETIK :
1) Mula kerja : segera pada pemberian IV, 20-60 menit setelah pemberian SK
2) Kadar puncak dalam plasma: 2 – 4 jam setelah pemberian SK
3) Waktu paruh : 30-180 menit.
4) Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran cerna, harus diberikan secara parenteral.
5) Metabolisme : terutama di hati dan sistem retikuloendotelial (SRE) ; bisa
juga di ginjal.
6)
Ekskresi : secara primer
diekskresi oleh hati.
c.
FARMAKODINAMIK : terikat pada protein plasma secara ekstensif
d. INDIKASI :
Dosis rendah untuk pencegahan stroke atau komplikasi
tromboembolik. Profilaksis trombosis serebral pada evolving stroke (masih
diteliti).
e. KONTRAINDIKASI :
Hipersensitif terhadap heparin, trombositopeni berat,
perdarahan yang tidak terkontrol.
f. INTERAKSI OBAT :
Antikoagulan oral, aspirin, dextran, fenilbutazon,
ibuprofen, indometasin, dipiridamol, hidroksiklorokuin, digitalis, tetrasiklin,
nikotin, anti histamin, nitrogliserin.
g. EFEK SAMPING :
Perdarahan, iritasi lokal, eritema, nyeri ringan, hematom, ulserasi,
menggigil, demam, urtikaria, asma, rhinitis, lakrimasi, sakit kepala, mual,
muntah,reaksi anafilaksis, trombositopeni, infark miokard, emboli paru, stroke,
priapismus, gatal dan rasa terbakar, nekrosis kulit, gangren pada tungkai.
Penggunaan 15.000 U atau lebih setiap hari selama lebih dari 6 bulan dapat
menyebabkan osteoporosis dan fraktur spontan.
h. DOSIS :
Dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke dan
profilaksis evolving stroke. Pada pemberian secara SK dimulai dengan 5000 U
lalu 5000 U tiap 8-12 jam sampai 7 hari atau sampai penderita sudah dapat
dimobilisasi (mana yang lebih lama). Bila diberi IV, sebaiknya didrips dalam
larutan Dekstrose 5% atau NaCI fisiologis dengan dosis inisial 800 U/jam.
Hindari pemberian dengan bolus. Sesuaikan dosis berdasarkan basil aPTT (sekitar
1,5 kali nilai normal). Pada anak dimulai dengan 50 U/kgBB IV bolus dengan dosis
pemeliharaan sebesar 100 U/kgBB/4jam perdrips atau 20.000 U/m2/24 jam dengan
infus.
i. MONITORING:
Nilai APTT dimonitor ketat agar berkisar 1,5 kali nilai kontrol.
20. WARFARIN
a. WARFARIN
Warfarin
merupakan obat yang memiliki efek antikoagulan atau disebut juga sebagai
pengencer darah.
b. KEGUNAAN
Warfarin biasa digunakan untuk mencegah serangan jantung,
stroke, dan gumpalan darah dalam pembuluh darah.
c. ATURAN PAKAI
Anak:0,05-0,34 mg/kg/hari
Dewasa:Awali
dengan dosis 5-10 mg/hari, dosis pemeliharaan biasanya 2-10 mg setiap hari.
Dosis awal yang lebih rendah diperlukan pasien dengan gangguan fungsi hati,
gizi buruk, gagal jantung dan pasien lanjut usia, 2-5 mg diminum 1 kali
sehari.
d. EFEK SAMPING:
1)
Pendarahan
2)
Demam
3)
Nyeri.
4)
Sakit kepala.
5)
Pusing.
6)
Mual.
7)
Muntah.
8)
Kram perut.
9)
Diare
e. INTERAKSI
1)
Obat yang meningkatkan efek/toksisitas warfarin:asetaminofen,
allopurinol, amiodaron, antifungi, sefalosporin, simetidin.
2)
Obat yang menurunkan efek warfarin:agen anti tiroid,
barbiturat, karbamazepin, griseofulvin, hormon kontrasepsi dan sulfasalazin.]
f.
PERINGATAN:
1)
Hindari penggunaan alkohol dan makanan yang mengandung
vitamin K seperti sayuran hijau, brokoli, bayam, buncis dan teh hijau karena
dapat menurunkan efektifitas warfarin.
2)
Hindari pada kehamilan, karena dapat menyebabkan kecacatan
semasa lahir.
3)
Waspadai efek samping warfarin karena dapat menimbulkan
pendarahan serius.
4)
Ceklah darah secara teratur.
5)
Minumlah obat pada waktu yang sama setiap.
g. PENYIMPANAN
1)
Simpan pada tempat kedap udara
2)
Jauhkan dari kelembapan
3)
Hindari paparan sinar
matahari langsung
4)
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
21. MORFINA INJEKSI
a.
MORFINA
Morfina adalah alkaloida derivate
fenatren yang bekerja sebagai analgetik, narkotik, digunakan untuk meredakan
atau menghilangkan rasa nyeri.Pemberian obat secara subkutan mempermudah
masuknya obat ke dalam jaringan-jaringan tubuh.Obat
sebagian diekskresikan melalui ginjal.
b.
ATURAN PAKAI :
Hanya untuk orang dewasa, umumnya ;
1) Subkutan 1-2 kali sehari : 1 ampul.
2) Dosis maksimum sekali : 1 ampul.
3) Dosis maksimum sehari : 2 ampul.
c.
EFEK SAMPING
1) Dapat menyebabkan ketergantungan, depresi, penurunan
tekanan darah, mual, muntah, mulut kering, gangguan akomodasi/fotopobia,
konstipasi,paralysis pernafasan.
2) Mengantuk, kebingungan, berkeringat,muka kemerahan,
vertigo, bradikardi,palpitasi, hypotensi orthostetik, hypotermi, kegelisahan,
perubahan mood dan miosis, kadang dapat timbul urtikaria, pruritus, kontak
dermatis.
3) Pada penyuntikan dapat timbul rasa sakit dan
iritasi.
4) Pada dosis tinggi morfin dapat menyebabkan gangguan
pernafasan dan hipotensi dengan gangguan peredaran darah dan memperdalam koma.
Kematian dapat disebabkan karena kegagalan pernafasan.
d.
KONTRA INDIKASI
1) Depresi pernafasan, terutama dalam hal sianosis dan
sekresi bronkus yang berlebihan dan pada masa pemulihan setelah operasi saluran
empedu.
2) Alkoholisme akut, kejang-kejang, delirium tremens.
3) Penderita asma bronchiale dan payah jantung sebagai
akibat dari penyakit paru-paru kronis.
4) Hati-hati dalam hal miksedema karena toleransi
sangat buruk.
e.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
1) Hati-hati penggunaan morfin pada pasien dengan
hipotensi, asma, hipertiroid, penurunan cadangan pernafasan, gangguan hati dan
ginjal, insufisiensi adrenokortikal, hipertropik protat, syok, inflamasi atau
penyakit gangguan usus, atau myasthenia grafis dan pada pasien dengan riwayat
penyalahgunaan obat, hamil dan menyusui.
2) Wanita hamil : morfin dengan cepat melalui barrier
plasenta, oleh sebab itu tidak disarankan penggunaan morfin karana resiko
gangguan pernafasan pada bayi yang baru dilahirkan. Karena itu tidak disarankan
penggunaan morfin selama kehamilan.
3) Ibu menyusui : dosis terapi mau tidak mau
mempengaruhi bayi selama menyusui.
4) Penggunaan morfin dapat menyebabkan mengantuk, oleh
sebab itu tidak disarankan menjalankan mesin atau mengendarai kendaraan.
f.
OVER DOSIS
Gejala yang sering pada over dosis
termasuk depresi pernafasan dan hypotensi termasuk gangguan sirkulasi,
memperdalam coma dan hipotermi.Penanganan spesifik naxolone antidote digunakan
untuk mempercepat penetralan depresi pernafasan dan koma yang disebabkan oleh
dosis morfin yang berlebih.
22. PETHIDIN HCL
a.
CARA KERJA OBAT.
Pethidin merupakan narkotika
sintetik derivate fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap susunan saraf pusat.
Efeknya terhadap susunan saraf pusat adalah seperti morfin, yaitu menimpulkan
analgesia, sedasi, euphoria, depresi pernafasan serta efek sentral lain. Efek
analgesic pethidin timbul agak lebih cepat daripada efek analgetik morfin, yatu
kira-kira 10 menit, setelah suntikan subkutan atau intramuscular, tetapi masa
kerjanya lebih pendek, yaitu 2-4 jam.
Absorbsi pethidin, melalui
pemberian oral maupun secara suntikan berlangsung dengan baik.Obat ini
mengalami metabolisme di hati dan diekskresikan melalui urine.
b.
INDIKASI.
Untuk meringankan rasa nyeri sedang
sampai berat yang tidak responsive terhadap analgetik non-narkotik.
c.
DOSIS.
1) Dewasa ; 25-100 mg setiap 3-4 jam.
2) Anak-anak ; 0,5-2 mg/kg berat badan intramuskuler
setiap 3-4 jam.
3) Dosis harus disesuaikan degan berat ringannya rasa
nyeri dan respon penderita. Bila prerlu dosis dikurangi pada penderita usia
lajut, penderita kerusakan fungsi ginjal atau fungsi hati.
d.
PERINGATAN DAN PERHATIAN.
1). Pethidine sebaiknya tidak diberikan secara intravena
kecuali peralatan resusitatif dan antagonis opoid telah disiapkan.
2). Dosis yang tinggi atau pemberian pethidin dengan
cepat secara intravena dapat menyebabkan terjadinya depresi pernafasan secara
cepat, apnea, hipotensi, kolaps sirkulasi peripherial, bradikardia bahkan
berhentinya denyut jaantung.
3). Pethidine injeksi sebaiknya diberikan secara
perlahan-lahan dan dalam larutan yang telah diencerkan.
4). Penggunaan tidak dianjurkan pada penderita dengan
luka pada kepala dan kenaikan tekanan intracranial. Efek depresi pernafasan dan
kemampuan untuk meningkatkan tekanan cairan cerebrospinalis dapat menjadi
parah,dan efek klinis menjadi tidak jelas.
5). Pethidin dapat mengaburkan diagnosis dan efek klinis
pada pasien dengan kondisi abdominal akut.
6). Gunakan hanya jika benar-benar diperlukan, dan
secara hati-hati, pada kolik empedu, operasi traktus empedu dan pancreatitis
akut, karena adanya sifat spasmodic pethidin pada traktus empedu dan spincter
oddi. Pethidin dapat menimbulkan kesukaran pada saat eksploirasi oleh alat pada
duktus empedu.
7). Pemberian pethidin secara intra arterial yang kurang
hati-hati dapat menyebabkan terjadinya nekrosis dan pembengkakkan.
8). Pethidin dapat mengurangi kecepatan pengosongan
lambung dan meningkatkan resiko terjadinya aspirasi, hal ini disebabkan
pethidin dapat menginduksi dengan CNS/coma selama atau setelah anestesi total.
9). Analgetik opioid mempunyai kecenderungan
penyalahgunaan. Ketergantungan fisik dan fisiologi dapat timbul pada
pengulangan dosis. Kecuali pada penderita terminal pethidin harus dibatasi
penggunaannya pada pengobatan untuk nyeri berat yang tidak memberikan respon
terhadap analgetik non opioid.
10). Penghentian penggunaan pethidin secara tiba-tiba
pada penderita yang ketergantungan secara fisik dapat menimbulkan sindroma
putus obat,termasuk konvulsi.
11). Neurotoksisitas yang berhubungan dengan pethidin
bervariasi tremor, halusinasi, serangan dan perubahan mood yang disebabkan oleh
metabolit norpethidin.
12). Norpethidin umumnya dikeluarkan melalui ginjal, maka
pethidin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien gagal ginjal, manula,
penderita yang masih sangat muda atau penderita yang menerima terapi seperti
fenobarpital dan fenitoin.
13). Pemberian pethidin dapat menyebabkan hipotensi pada
penderita yang kemampuan untuk menjaga tekanan darahnya tergantung dari volume
pengosongan darah atau pemberian bersama-sama dengan anestetik tertentu atau
fenotiazin. Pethidin dapat menyebabkan hipertensi orthistetik pada penderita
rawat jalan.
14). Penderita dengan reisko khusus: hati-hati dan jika
diperlukan pengurangan dosis diperlukan pada penderita manula atau kurang
tenaga dan pada penderita dengan kerusakan paru-paru, hati, ginjal, dan
penderita hipotiroid, insufisiensi adrenocortical, hipertrofi prostat atau
penyempitan urethra.
15). Serangan konvulsi dapat disebabkan oleh dosis
tinggi. Penderita dengan kelainan serangan konvulsi harus hati-hati
diobservasi, karena pethidin dapat memperburuk konvulsi yang muncul.
16). Pethidin harus digunakan secara hati-hati pada
penderita yang menggunakan abat deprezan CNS lain seperti hipnotik dan
sedative.
17). Penderita nyeri berat dapat mentoleransi dosis
tinggi tetapi dapt menyebabkan depresi pernafasan ketika sakitnya tiba-tiba
hilang.
18). Pengurangan output cardiac dapat menyebabkan
pengurangan perfusi hepar dan mengurangi metabolisme pethidin yang menyebabkan
terjadinya akumulasi pethidin dengan pethidin dengan kemungkinan timbulnya efek
toksik.
19). Kenaikan tekanan darah dan hambatan sistemik
vaskuler sebanding dengan peningkatan kecepatan denyut jantung dapat disebabkan
oleh pethidin, oleh karena itu tidak disarankan untuk digunakan pada penderita
infark cardiac.
20). Pemberian pethidin pada penderita paechromocytoma
dapat menyebabkan krisis hipertensi.
21). Hiperglikemia terjadi pada agonis opoid. Oleh karena
itu penderita diabet yang memerlukan pengobatan senyawa ini perlu diperhatikan.
22). Walaupun pethidin biasa digunakan dalam obstetric
diketahui bahwa pethidin dapat melewati barrier plasenta dan dapat menyebabkan
depresi system pernafasan pada bayi yang baru lahir. Antagonis opiod mungkin
dibutuhkan untuk mengatasi depresi ini.
23). Metabolisme dan ekskresi dari pethidin pada bayi
yang baru lahir lebih kecil jika dibanding denganorang dewasa akumulasi dan
tingkat toksisitas dapat terjadi pada dosis yang rendah.
24). Jika depresi respirasi yang serius terjadi pada
penderita yang secara fisik tergantung pada opioid, antagonis opioid harus
diberikan secara hati-hati apada dosis 10-20% dari dosis awal yang disarankan.
Pemberian dosis umum akan menyebabkan timbulnya sindroma putus obat yang akut,
dan keparahannya tergantung dari ketergantungan fisik dan dosis yang diberikan.
25). Ada beberapa laporan mengenai efek pethidin pada
mata. Beberapa laporan menyebutkan bahwa pethidin menyebabkan miosis, dan
beberapa lainnya menyebutkan bahwa pethidin menyebabkan midriasis atau tidak
adanya perubahan pupil. Hingga efek yang lebih jelas diperoleh, tekanan intra
okuler sebaiknya dimonitor pada penderita glaucoma yang diberikan pethidin.
26). Kegagalan fungsi ginjal : pengurangan fungsi ginjal
akan menyebabkan akumulasi metabolit toksiknorpethidin.
27). Penggunaan pada kehamilan : opiod analgetik dapat
menyebabkan depresi respirasi pada bayi yang baru lahir. Pethidin hanya
digunakan pada saat melahirkan, setelah dipertimbangkan antara kebutuhan ibu
dan resikonya terhadap fetus. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang diberikan
pethidin dapat menunjukkan sindroma putus obat.
28). Pengguanaan pada saat menyusui : pethidin terdapat
didalam air susu ibu. Konsentrasi pethidin dalam air susu ibu setelah pemberian
dosis terepitik pada ibu. Belum ditentukan dan signifikansi secara klinis belum
diketahui, penggunaan pethidin pada ibu menyusui tidak dianjurkan.
29). Efek terhadap kemampuan untuk mengendarai kendaraan
dan menjalankan mesin: pethidin dapt menyebabkan kantuk dan gangguan
koordinasi. Penderita harus berhati-hati saat mengendarai kendaraan atau
menjalankan mesin.
e.
EFEK SAMPING.
1) Seperti analgesic opoid lainnya,depresi respirasi
adalah resiko utama pada terapi pethidin dapat menyebabkan pusing,
mual,berkeringat dingin, perasaan mulut kering.
2) Obat suntik kadang-kadang meyebabkan penurunan
tekanan darah.
3) Kepala terasa ringan,sedasi, disorientasi, pandangan
kabur, hakusinasi, psikosis, euphoria, disphoria, lemah, delirium, insomnia,
kegelisahan, hiperaktifitas atau agitasi, konvulsi atau tremor, mengantuk,
vertigo, gerakan otot tidak terkoordinasi, gangguan visual miosis, depresi,
midriasis.
4) Retensi air seni, efek antideuritik, pengurangan
libido atau potensi.
5) Muka merah, takikardia, bradikardia, palpitasi,
pusing, sinkope, orthostetik hipotensi, pembengkaan yang disebabkan oleh
pemberian subkutan.
6) Hipersensitifitas menyebabkan pruritus, urticaria
dan gatal-gatal, udema, nyeri pada suntikan, iritasi jaringan local dan
indurasi yang disebabkan oleh pemberian subkutan.
7) Peningkatan tekanan traktus empedu, spasmus spincter
choledochoduodinal.
8) Konstipasi, anorekasia, spasmus traktus empedu.
f.
KONTRA INDIKASI.
1) Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
“Incipient hepatic encephalopathy”.
2) Depresi pernafasan, atau penderita yang mempunyai
gangguan kemampuan pengosongan respirasi,misalnya emphysema parah, bronchitis
kronis parah, kyphoscloliosis, asma bronchial akut, penyakit kronis saluran
pernafasan.
3) Alkoholisme akut, kejang-kejang delirium tremens.
4) Penderita asma bronkhiale dan payah jantung sebagai
akibat dari penyakit paru-paru kronik.
5) Hati-hati dalam hal miksedema karena toleransi
sangat buruk.
6) Hipersensitifitas terhadap pethidin.
7) Penderita yang menggunakan MAOls (termasuk
selegiline) dalam jangka waktu 14 hari sebelumnya.
8) Kondisi kejang seperti pada status epilepticus,
tetanus dan keracunan strychnine, yang disebabkan oleh efek stimulant pethidin
pada spinal cordata. Pethidin juga tidak dapat digunakan pada pre-eclampsia
atau eclampsia.
9) Arutmia cardiac, terutama takhikardia
supraventrikuler, cor pulmone. Pethidin mempunyai efek vagolitik yang dapat menyebabkan
kenaikan kecepatan respon ventricular.
10) Asidosis diabetic, jika ada resiko terjadinya koma.
11) Cedera kepala: meningkatkan tekanan intracranial
(dapat menimbulkan masalah monitoring dan diagnostic, juga hipercapnia yang
berhubungan dengan depresi respirasi yang dapat meningkatkan tekanan
intracranial.
g.
CARA PENYIMPANAN.
Simpan pada suhu dibawah 30ÂșC,
serta terlindung dari matahari.